Dalam masa yang penuh tekanan ini jumlah karyawan yang di-PHK meningkat drastis. Sedih rasanya memikirkan nasib mereka. Tapi apa mau dikata? Pandemi Covid-19 telah memaksa banyak perusahaan tutup. Hanya sebagian kecil yang bisa terus bekerja.
Efek dari pembatasan sosial, perusahaan harus memecat karyawannya. Karena tidak ada pemasukan. Semakin lama mereka bertahan, semakin berdarah-darah keuangan mereka nantinya.
Beberapa perusahaan besar mengambil risiko untuk bertahan. Memaksimalkan pendapatan sebisa mungkin. Tapi ada lebih banyak yang tak mampu melakukannya sama sekali.
Kemnaker menyebutkan, pada 12 Mei 2020 ada 80 ribu perusahaan yang telah merumahkan karyawannya. Separuh dari jumlah itu telah resmi menyatakan PHK. Total jumlah karyawan terhitung sekitar 1,7 juta orang.
Dilema seperti itu juga dialami perusahaan negara. Berbicara soal Pertamina misalnya, mereka juga dihadapkan pada persoalan yang sama. Untungnya pom bensin tetap melayani konsumen. Usaha hilir mereka tetap beroperasi seperti biasa.
Tapi Pertamina juga punya usaha hulu yang harus terus berproduksi. Jika bisa memilih, Pertamina sangat mungkin untuk beli BBM dari luar saat harga minyak mentah turun.
Pada bulan Maret 2020 misalnya, minyak mentah harganya US$ 24 per barel, tapi harga bensin hanya US$ 22,5. Itu artinya, harga BBM hasil olahan kilang Pertamina akan lebih mahal. Opsinya tentu saja kilang harus ditutup dan beli BBM dari luar.
Tapi jika itu dilakukan, nasib ribuan karyawannya terpaksa di-PHK. Karena produksi BBM dalam negeri dihentikan. Soalnya ongkos produksinya lebih mahal.
Pertamina memilih jalan berbeda. Perusahaan ini rela dihujat di medsos oleh orang-orang yang tak mengerti jalur berpikir ini. Mereka mengedepankan kemanusiaan daripada hitung-hitungan di atas kertas.
Produksi dalam negeri tetap jalan. Pertimbangannya adalah ribuan mulut lapar yang bergantung pada perusahaan. Jika saja perusahaan menutup mata, orang-orang ini akan menambah daftar kisah sedih akibat Corona.
Ribuan karyawan Pertamina mesti dipikirkan nasibnya. Inilah yang menjadi salah satu alasan, kenapa Pertamina menjaga harga jual tetap sama, meski minyak mentah sempat turun harganya. Dan masih ada beberapa alasan kuat lainnya.