Lihat ke Halaman Asli

Bayu Geni

Blogger Independen

Komite Ilegal, Jangan Politisasi Karyawan TVRI

Diperbarui: 1 Maret 2020   07:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam perseteruan elit TVRI, karyawannya terhimpit di tengah. Nasibnya persis pelanduk di antara dua gajah. Akhirnya mereka didorong ke kanan dan kiri.

Setelah Helmi Yahya keluar, terjadi gerakan kudeta. Apni Direktur Program yang sekaligus sahabat Helmy Yahya baru saja mengumpulkan karyawan TVRI. Besar kemungkinan dia membuat kesepakatan dengan mereka.

Di tengah kemelut TVRI mendadak muncul kelompok yang merasa berkuasa melebihi siapa pun.

Kelompok ini tidak diketahui lahir dari mana.m? Siapa yang mengangkat mereka? Dan apa saja kewenangannya? Tiba-tiba saja ada sekelompok karyawan yang megatasnamakan seluruh karyawan TVRI.

Kelompok inilah yang kemudian menamai diri mereka Komite Penyelamat TVRI. Lalu mereka lari ke sana ke mari mencari dukungan. Mereka ingin eksis dan dianggap penting.

Tidak jelas kelompok ini kedudukan hukumnya sebagai apa. Melihat gerakannya, ini hanya kelompok spontan yang dibentuk demi agenda politis. Yang tentu saja tidak memiliki izin, alias kelompok ilegal.

Agenda siapa di balik mereka? Ya siapa saja yang ingin melakukan aksi balas dendam.

Lucunya adalah, Komite Penyelamat yang tak punya kedudukan hukum ini mendesak Dewan Pengawas untuk mengundurkan diri.

Mereka memang tidak punya kewenangan apa-apa. Oleh sebab itu mereka hanya bisa "meminta". Komite Penyelamat itu tidak lebih segerombolan orang-orang yang sedang memanfaatkan situasi.

Orang-orang lapar yang perutnya minta diisi. Semacam "Pengacara", yaitu pengangguran banyak acara. Nyari-nyari celah proyek yang bisa digarap.

Antara Helmy Yahya (termasuk Apni) dengan Dewas TVRI sebenarnya sudah selesai. Kasus ini sudah dimediasi oleh DPR. Sebelumnya malah sudah disuruh menunjuk Dirut baru. Artinya, kemungkinan Helmy balik ke sana sudah tidak ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline