Lihat ke Halaman Asli

Di Gerbang Istana

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

di gerbang istana, kemarin, ribuan orang berdesakan. kala itu, istana sedang mengadakan open house. iya, open house.. yang berarti (seharusnya) kemarin istana benar-benar membuka pintunya kepada semua orang yang akan masuk ke dalamnya: melihat kemegahan bangunan, keindahan taman, hingga bersalaman dengan raja dan penghuni istana. dalam setahun, open house memang diadakan sekali, saat idul fitri. ini berarti dalam 364 hari (365 di tahun kabisat) yang lain, istana menjaga jarak dengan rakyatnya. ironisnya, dalam open house setahun sekali itu pun jelata sulit sekali bertemu rajanya. mereka dipaksa berdesakan, menanti giliran masuk, hanya untuk bersalaman dengan rajanya. saling dorong, saling sikut, di depan gerbang sekretariat negara, yang anggaran pembuatan gerbangnya pun mampu kasih makan satu kampung miskin untuk dua tahun! hingga seorang tunanetra bernama joni malela pun kemudian meninggal dunia akibat berdesakan di gerbang istana... tapi kemudian, santer beredar kabar: rakyat berdesakan bukan semata untuk bertemu rajanya. tapi karena ada uang yang diberikan, usai bersalaman dengan raja. setelah ditelusuri, ternyata memang ada uang Rp 100 ribu yang diberikan kepada penyandang cacat usai bersalaman dengan raja. tentu saja bukan salah para jelata apabila rela berdesakan di depan gerbang istana demi uang semata. toh, dalam open house yang hanya sehari itu, mereka punya harapan akan bentuk 'kesejahteraan' nyata yang diberikan raja kepada rakyatnya. walaupun hanya Rp 100 ribu! kesejahteraan pula yang tidak bisa diberikan sang raja kepada rakyatnya dalam 364/365 hari yang lain! tiba-tiba, muncul kerinduan akan sosok pemimpin yang tidak pernah tinggal di istana, walaupun mampu untuk membangunnya. pemimpin yang terbiasa tidur di alas kasar hingga berbekas di punggungnya. pemimpin yang mau bertanggung jawab atas setiap lubang jalan yang ada di negerinya. juga pemimpin yang ikut merasakan lapar, di saat rakyatnya kelaparan. bahkan hingga mengganjalnya dengan batu untuk menahan lapar. (duka terdalam untuk joni malela) 11 September 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline