FOPO atau Fear of Other People's Opinion adalah suatu kondisi diri yang merasa cemas akan pendapat orang lain. Kecemasan ini sebenarnya tidak beralasan dan terlalu berlebihan. Namun karena saat ini era-nya sosial media maka setiap pribadi menjadi cermin bagi orang lain.
Menurut pakar Psikologi UGM, T. Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., Psikolog, faktor sosial media menjadi andil besar dalam berkembangnya fenomena FOPO.
Sebagian orang berlomba menunjukkan jati diri dengan segudang pencapaian yang ditunjukkan melalui sosial media.
Sebagian orang merasa berharga jika diakui keberhasilannya oleh orang lain melalui tanggapan pada kolom komentar dan apresiasi like pada laman sosial media.
Untuk itu sebagian orang tersebut berusaha menampilkan keunggulan dirinya dengan cara apapun melalui sosial media.
FOPO Akibat Budaya
Adanya FOPO tidak lepas dari budaya setempat. Kentalnya budaya ketimuran pada masyarakat Indonesia salah satunya adalah feodalisme. Budaya ini mengagungkan kekuasaan pada orang yang disegani. Budaya ini lebih menghargai senioritas ketimbang prestasi.
Faktor pengaruh budaya pada FOPO berikutnya ada pada konformitas. Budaya ini mengajarkan sejak kecil anak-anak sudah diajari pemikiran yang sama terhadap sebuah kondisi.
Masih ingat gambar pemandangan alam tentang dua gunung satu matahari dan sawah yang terhampar di depan gunung?
Begitulah gambaran kanak-kanak sewaktu diminta menggambar pemandangan alam. Akibatnya terjadi keseragaman tentang gambar pemandangan alam dalam benak pikiran anak-anak.
Padahal gambar seekor sapi dan padang rumput nan luas juga masuk pada konteks gambar pemandangan alam. Namun ide ini jarang digambar oleh anak-anak ketika diminta menggambar pemandangan alam.