Lihat ke Halaman Asli

Bayu Fitri

Penulis

Abaikan yang Tak Penting Supaya Tetap Waras Berpikir

Diperbarui: 9 Oktober 2020   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berpikir Positif. Sumber gambar: dok. pribadi

Menjaga kewarasan berpikir mutlak dibutuhkan. Terlebih saat kita semua ada dalam situasi yang penuh ketidakpastian. Situasi pandemi yang terjadi saaat ini berdampak hampir disemua bidang kehidupan. Banyak orang terhenti pendapatannya, anak - anak sekolah terkendala kegiatan belajarnya dan kegiatan sosial terkendala untuk bisa bertatap muka di dunia nyata.

Hampir semua kegiatan pindah ke dalam dunia maya. Mulai dari hal yang remeh temeh sampai hal yang sangat super penting. Semua informasi berawal dari satu sumber yaitu gawai atau perangkat telepon pintar. Dari alat tersebut individu bisa mendapatkan informasi apapun darimanapun tanpa terhalang jarak dan waktu.

Masalah timbul ketika informasi yang individu dapat tidak sesuai dengan fakta dan data namun sesuai dengan apa yang ingin didengar oleh individu itu sendiri. Sudah jamak diketahui, "manusia hanya bersedia menerima apa yang mereka inginkan". Tanpa mau menggali lebih jauh, tanpa mau cek silang dari beberapa sumber dan melakukan analisis mendalam.

Egosentris individu sebagai manusia yang ingin selalu terdepan menyampaikan sesuatu memperparah sebaran informasi tak akurat. Rasa ingin dipuji, dan ditokohkan membuat individu sebagai penyebar informasi tidak pernah berpikir panjang atas konsekuensi yang akan terjadi. Yang penting nafsu dan keinginan tercapai, tanpa peduli dengan yang lain.

Sebaran Berita Tidak Benar

Berita tidak benar terjadi karena tidak berdasarkan fakta dan data. Bahasa lainnya adalah berita "hoax." Dampak dari berita hoax yang terlanjur tersebar di masyarkat umumnya menjadi liar. Terkadang ditambah bumbu supaya terlihat lebih dramatis. Masalah lain timbul jika informasi ini ikut disebarkan tokoh berpengaruh, media berita online yang jangkauan persebarannya sangat cepat sampai tokoh idola melalui sosial media. 

Berita hoax disebarkan oleh orang yang mendengar sebagian, memahami hanya separuh, menyimpulkan seperempat namun menyebarkan hingga nyaris satu bagian utuh plus bumbu penyedap. Jika dikonfirmasi biasanya akan mengeluarkan jurus sakti "katanya..si...A, dapat info dari B ...dst. Untuk kebenaran informasi berdasarkan fakta nyaris tidak pernah di cek silang ke berbagai sumber. Alias hanya percaya pada satu sumber saja.

Dampak yang Terjadi

Penerima informasi akan merespon sesuai daya nalar dan pemahamannya. Sebagian langsung percaya begitu saja tanpa berusaha analisis lebih dalam. Sebagian lagi masih bisa bersikap tenang sembari menganalisis dan cek silang dari berbagai sumber. Sebagian menyebarkan informasi yang belum di cek silang sambil menambah bumbu penyedap. Sebagian lagi menjadi bahan pikiran dibenak individu sampai mempengaruhi sikap dan kewarasan berpikir.

Tumpukkan informasi salah yang diterima terus menerus lambat laun akan menjadi kebenaran. Selanjutnya akan mempengaruhi cara berpikir, bersikap dan bertindak. Sebagian individu dapat menjadi pribadi yang membenci seseorang tanpa alasan yang jelas, hanya karena tumpukkan informasi yang belum pasti kebenarannya. Maka yang terjadi banyak hujatan, umpatan, perkataan kasar dan perilaku lainnya yang mampu menurunkan tingkat kewarasan berpikir. 

Menjaga Kewarasan Berpikir

Sebagai penerima informasi dari dunia maya berikut cara sederhana menyikapinya;

1. Abaikan yang tak penting. Semua informasi yang mengalir deras melalui kanal sosial media, percakapan grup komunikasi selular nyaris berkelindan seperti tak berkesudahan. Jika kebenaran informasi itu masih samar kebenarannya maka abaikan saja. Jika individu tak memahami dengan jelas akar pokok permasalahan dan enggan mencari tahu maka tidak perlu latah menjadi orang yang "merasa" tahu dan paham. 

2. Selalu cek silang  informasi. Jika individu tertarik atas infromasi yang diterima, sebaiknya mencoba untuk cek silang akan kebenaran informasi tersebut. Sehingga individu dapat secara utuh memahami informasi tanpa ada kesalahan tafsir yang dapat mengaburkan makna kebenarannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline