Lihat ke Halaman Asli

The Side of Football IV

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Halo. Salam sejahtera dari saya untuk para pembaca. Kali ini Topik nya masih seputar Sepakbola, namun ada kaitannya dengan realitas Sosial sehari-hari yang dekat dengan kita. Yeap, artikel yang satu ini memang berkaitan dengan kepadatan penduduk, tapi pernah Saya ulas sedikit di artikel sebelumnya.

§Pertama. Sepengamatan saya, di beberapa Kota Besar sudah begitu penuh dijejali Mal –Mal, minimarket, komplek perumahan, juga komplek sentra Bisnis terpadu (Central Business District). Kalaupun tersedia ruang terbuka, Fungsinya adalah untuk mempercantik suasana di area tersebut. Bagian dari ruang publik juga memang, namun kita tak bisa leluasa memanfaatkan fasilitas tersebut. Biasanya digunakan untuk pembuatan Taman, sehingga lebih “hijau” dan membuat pengunjung nyaman.

§Kedua, Di Desa juga sama, kampung Saya di Desa Cimareme Kabupaten Bandung. Mengalami perubahan. Dulu saya bisa bebas bermain sepakbola, bahkan terdapat dua lapangan sepakbola yang bisa digunakan Warga setiap sore hari. Saya juga sering main layang-layang, dan berbagai kegiatan lainnya. Sekarang jadi komplek perumahan, dan pastinya anak-anak tidak bisa bermain sebebas dulu lagi.

§Ketiga, dengan semakin bertumbuhnya jumlah penduduk, pemikiran yang umum terlintas di benak Orang Indonesia adalah mereka lebih condong memilih kepada aspek Pendidikan dan Ekonomi. Oleh karenanya, banyak dibangun komplek Perumahan, bangunan Sekolah, atau Minimarket.

§Keempat, Bambang Pamungkas pun selepas Ia pensiun dari Timnas, pernah mengatakan bahwa profesi sebagai pesepakbola di Indonesia kurang menjanjikan. Itu bukan Saya lho yang ngomong.

Tertarik saya membahas masalah ini karena di satu kolom harian olahraga ada Mahasiswa ITB yang mengajukan ide yaitu ada suatu gerakan membangun Lapangan Sepakbola di setiap Desa, disitu dibuat program pembibitan dan pembinaan agar anak-anak dan para remaja tersalurkan oleh kegiatan yang positif. Saya kira ide itu baik, dan Saya setuju. Hal ini juga sebetulnya pernah mendapat “sentilan” ketika Film Nagabonar Jadi 2. Kalau tidak salah, di salah satu adegan itu Nagabonar menolak menjual Tanah nya karena oleh pengembang ingin dibangun Kompleks Perkantoran. Ia tidak mau, dan disitu kuranglebih kutipan kalimatnya seperti ini:

“Kalau saya jual tanah ini, nanti orang-orang mau main sepakbola dimana? Kalau dibangun lapangan sepakbola saya setuju, agar anak-anak Indonesia bisa berlatih, pada akhirnya Indonesia ikut serta di Piala Dunia”

Namun, kita ketahui bersama bahwa sangatlah tidak mudah untuk mengimplementasikan ide teman seperjuangan saya itu. Karena sepengetahuan Saya jika ingin membuka Lapangan Sepakbola, pasti berurusan dengan izin administratif. Pun Birokrasi di Indonesia adalah sangat kompleks dan berbelit-belit. Karena aktif di beberapa Organisasi. Saya pun mengalaminya.

Apa solusi Pemerintah? Terutama dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sebagaimana kita ketahui bersama, Menteri Pemuda dan Olahraga yang terdahulu saja ikut korupsi. Pun yang saat ini sedang menjabat, lagu kebangsaan saja bisa lupa lirik. Manusiawi memang karena setiap Orang kapanpun dan dimanapun bisa berbuat salah, namun mengingat posisinya sebagai Menteri, saya kira wibawa nya pasti jatuh.

Well, di Era seperti saat ini, teknologi semakin canggih dan berkembang.Gagasan yang saya punya adalah karena semakin minimnya ruang terbuka pun semakin banyak gedung-gedung Perkantoran. Kenapa kita tidak bikin lapangan bola saja di atas gedung tersebut. Mungkin ukurannya perlu disesuaikan dan tidaklah harus kaku seperti standar FIFA. Mungkin bisa menjadi salah satu aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Tetapi, seperti yang saya bilang di awal, mewujudkan hal itu bukanlah mustahil, namun tidaklah mudah.

Sekarang, Siapakah yang berani berteriak lantang seperti ini: “Beri aku sepuluh Mahasiswa, maka akan kubangun ratusan Lapangan Sepakbola!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline