Lihat ke Halaman Asli

Politik Populisme, Mengapa Janji Manis Masih Menjadi Strategi Favorit di Setiap Pemilu?

Diperbarui: 28 Oktober 2024   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Populisme selalu hadir dalam setiap kontestasi politik, terutama saat pemilu. Strategi populis biasanya mengandalkan janji-janji besar yang dirancang untuk menarik perhatian dan dukungan luas dari masyarakat. Meskipun sering kali dianggap sebagai retorika kosong, janji manis tetap menjadi andalan para politikus dalam menggaet suara. Mengapa strategi ini terus bertahan dan bahkan semakin dominan di berbagai negara? Artikel ini akan mengungkap alasan di balik popularitas populisme dan dampaknya terhadap peta politik modern.

1. Populisme Sebagai Alat untuk Menggaet Massa

Dok. Pribadi/Ilustrasi Menggaet Massa

Politik populis kerap digunakan untuk menarik perhatian pemilih yang merasa kurang diperhatikan oleh elit politik. Berikut adalah beberapa cara bagaimana strategi ini dijalankan:

  • Menawarkan Solusi Sederhana untuk Masalah Kompleks: Janji populis sering kali berupa solusi instan untuk masalah besar, seperti penghapusan pajak, subsidi langsung, atau kenaikan upah. Solusi ini dirancang untuk menjadi mudah dipahami dan menarik bagi orang-orang yang ingin perubahan cepat. 
  • Menggunakan Retorika yang Menyentuh Emosi: Politisi populis menggunakan bahasa yang menimbulkan emosi. Untuk menjadi lebih menarik, mereka sering menekankan bahwa rakyat biasa lebih diutamakan daripada elit, membuat cerita "kita vs mereka".
  • Mengangkat Isu-Isu Populer yang Dekat dengan Kehidupan Sehari-hari: Janji yang berkaitan dengan biaya hidup, kesehatan, pendidikan, atau pekerjaan sering digunakan untuk menarik pemilih, karena masalah-masalah ini langsung berkaitan dengan kehidupan masyarakat.

2. Dampak Jangka Panjang Janji Populis pada Kebijakan

Dok. Pribadi/Ilustrasi Janji Manis

Janji populis tidak hanya mempengaruhi hasil pemilu, tetapi juga berdampak pada kebijakan dan pemerintahan yang dihasilkan:

  • Mengadopsi kebijakan yang bersifat sementara atau tidak berkelanjutan: banyak janji populis sulit dilaksanakan atau membutuhkan dana yang signifikan untuk melakukannya. Akibatnya, kebijakan yang dibuat seringkali hanya memiliki efek sementara dan tidak bertahan lama.
  • Meningkatkan Harapan Masyarakat Secara Berlebihan: Kegagalan untuk memenuhi janji dapat menyebabkan kekecewaan dan skeptisisme di kalangan pemilih. 
  • Membentuk Pola Kebijakan yang Berfokus pada Kepuasan Jangka Pendek: Pemimpin populis cenderung mengutamakan kebijakan yang memberikan hasil cepat tetapi berisiko di masa depan, seperti subsidi besar atau program bantuan tanpa perencanaan jangka panjang.

3. Mengapa Janji Manis Masih Efektif dalam Menarik Suara?

Dok. Pribadi/Ilustrasi Bilik Suara

Terlepas dari kritik terhadap populisme, janji manis terus menjadi strategi favorit dalam politik modern. Berikut alasannya:

  • Respon Cepat terhadap Ketidakpuasan Publik: Janji populis menjadi cara cepat untuk memberikan harapan dan perubahan ketika orang tidak puas dengan pemerintahan atau situasi ekonomi. Dengan demikian, strategi ini tetap relevan selama pemilu. 
  • Kekuatan Narasi Sederhana yang Mudah Diterima: Narasi populis yang sederhana dan langsung seringkali lebih mudah diterima dan dipercayai daripada kebijakan yang kompleks. 
  • Memanfaatkan Ketidakpercayaan terhadap Institusi Tradisional: Populisme menawarkan alternatif yang menjanjikan perubahan dan memposisikan kandidat sebagai penyelamat rakyat ketika kepercayaan masyarakat terhadap partai politik atau elit politik menurun..

 Penutup

Selama ketidakpuasan publik dan keinginan untuk perubahan cepat tetap ada, populisme dan janji manis akan selalu menjadi bagian dari taktik politik. Populisme memiliki daya tarik yang sederhana, emosional, dan mengena, yang menjadikannya senjata ampuh untuk memenangkan hati pemilih, meskipun seringkali tidak memberikan solusi yang permanen. Dalam menghadapi populisme, masyarakat diharapkan dapat menjadi pemilih yang kritis dan dapat membedakan antara kebijakan yang bermanfaat dan retorika kosong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline