Pada edisi bulan Ramadhan tahun ini ada yang berbeda dari karang taruna, khususnya karang taruna Selaparang. Geliat pemuda melalui karang taruna begitu eksis dengan kegiatan bazar pasar murah.
Tentu program ini sejalan pula dengan program Pemerintah Kota Mataram yang ingin menekan laju inflasi khususnya kenaikan harga sembako pada momentum bulan Ramdhan dan idul Fitri. Bazar inipun sempat di-posting oleh isteri Walikota Mataram dalam Instagram pribadinya, itu tandanya betapa Pemerintah Kota Mataram mulai melirik eksistensi karang taruna selaparang.
Sejauh ini, hampir semua lingkungan atau kelurahan tempat diadakannya bazar sembako murah ramai pengunjung dan pembelinya. Omset penjualan nya pun tak main-main, dari setiap lingkungan minimal penjualan menembus angka 5 juta rupiah dan sempat juga hampir menyentuh angka 10 juta rupiah dalam sekali mengadakan bazar.
Jika menggunakan logika bisnis, sebut saja keuntungan sekali bazar adalah 5%, maka total untung bersih yang didapat adalah 250rb sampai 500rb persekali bazar.
Dampak dari bazar sembako murah inipun sebenarnya tak bisa dianggap sepele, selain dari meningkatnya semangat anggota karang taruna Selaparang karena rutinitas program dan terbantunya masyarakat dengan sembako yang harganya murah dibawah pasar, sisi penting lainnya ialah bahwa karang taruna yang selama ini baru dihidupkan dan baru tumbuh ini ternyata mampu mengakses lembaga-lembaga tertentu seperti Bulog dan distributor lain yang kemudian bisa dioptimalkan untuk membantu masyarakat. Kemampuan mengakses jaringan dan mengoptimalkan nya ini adalah suatu modal besar yang pasti bisa dipergunakan selanjutnya dalam berbagai hal.
Mari sejenak kita coba menganalisa lompatan-lompatan yang bisa dilakukan dari pengalamannya melakukan bazar ini. Apabila kita dapat mengakses sembako murah dan bisa bersaing dengan harga pasar yang lain, bukankah ini akan mendatangkan pundi-pundi rupiah yang tak sedikit. Ini bisa menjadi jalan kemandirian anggaran karang taruna melalui berjualan sembako, lebih-lebih karang taruna dapat langsung menyentuh masyarakat pada tingkat paling bawah seperti lingkungan yang merupakan pasar rumah tangga paling kongkrit.
Maka, kemungkinan acara seperti ini diseriuskan dan menjadi program berkelanjutan skala prioritas harus mulai diobrolkan. Jangan sampai program ini berhenti setelah idul Fitri, jika itu benar-benar terjadi maka akan sangat disayangkan. Bisa dibayangkan 5% dari keuntungan bazar 250rb (untung minimal) digeser menjadi keuntungan tiap hari usaha karang taruna dalam bentuk menjadi distributor sembako. maka untung bersihnya bisa menembus 7,5 juta perbulan, angka yang fantastis untuk bisa memandirikan anggaran karang taruna agar bisa tetap eksis.
Sederhana tapi pasti, sebab proses tak akan pernah mengkhianati hasil.
Salam kesetiakawanan sosial
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H