Lihat ke Halaman Asli

Bayu Arif Ramadhan

22 thn, Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

"La Guerra de Futbol", Mengenang Sepak Bola sebagai Pemicu Perang

Diperbarui: 18 Juli 2019   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah media massa Amerika Latin dan Dunia yang kompak memasang headline bertajuk "Guerra Futbolistica" atau "Football War" pada pertengahan tahun 1969 yang merepresentasikan periode meletusnya konflik El Salvador kontra Honduras. Photo Credit : Laman Resmi harian LA Times (latimes.com)

"We can send messages of unity through football" -- Gianni Infantino (Presiden FIFA)

Sepakbola selama ini lekat dengan istilah sebagai perekat dan pemersatu entitas apapun. Pernyataan yang digagas Infantino dalam suatu kesempatan pada 2018 tersebut seolah menegaskan kembali fungsi sepakbola sebagai lem perekat antar komunitas sampai dengan antitesis suatu konflik. 

Fungsi sepakbola sebagai "peace supporters" yang berkontribusi untuk memupuk dan menyebarkan kultur perdamaian ke dalam lingkup antar negara melalui olahraga seyognyanya adalah fakta yang begitu dominan, sehingga barangkali banyak orang yang mungkin tidak tahu atau bahkan percaya bila sepakbola ternyata bisa memancing kedua negara berbeda terjun dan mengambil risiko tertinggi, berperang satu sama lain.

Barangkali pertanyaan yang secara jamak akan muncul adalah "Perang? Bagaimana mungkin sepakbola yang seasyik itu dimainkan bisa menjerumuskan kita ke dalam perang?" 

Yang tentu saja akan saya jawab dengan simpel. "Jangan tanyakan kepada saya, tanyakan kepada La Guerra de Futbol yang begitu tersohor di Amerika Latin atau  Football War dalam diksi sepakbola dunia."

Alkisah di Benua Amerika tepatnya Amerika bagian Tengah, terdapat dua negara bersebelahan yang berisikan penduduk dengan sifat relatif sama, maniak dan fanatik akan sepakbola. Kedua negara ini adalah El Salvador dan Honduras. 

Dua negara ini benar-benar memiliki border (batas) negara yang berbatasan langsung satu sama lain, dengan kondisi geografis wilayah Honduras yang lebih besar dengan penduduk lebih sedikit. Sebaliknya El Salvador adalah negara dengan wilayah lebih kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar dengan kepadatan tinggi.

Oleh karena berbatasan langsung, maka aktivitas lintas batas antar penduduk kedua negara tersebut semestinya sudah menjadi hal yang lazim seperti aktivitas lintas batas penduduk Indonesia di Borneo menuju Malaysia atau sebaliknya. 

Nah, pada medio 1960-an secara kebetulan banyak sekali penduduk El Salvador yang menjadi migran ke Honduras dipicu oleh terbatasnya lahan pertanian di El Salvador plus padatnya jumlah penduduk dengan profesi mayoritas sebagai petani. Maka secara efek domino penduduk El Salvador dalam waktu singkat berbondong-bondong melakukan migrasi menuju Honduras guna menyambung hidup serta mencari lahan pertanian untuk bekerja. Tapi... iya, tentunya aktivitas tersebut banyak yang dilakukan secara ilegal.

Nah, membeludaknya migran El Salvador yang menyerbu Honduras ternyata mendapatkan banyak respons negatif dari penduduk lokal Honduras, simpelnya penduduk Honduras mengalami cemburu sosial akibat lapangan pekerjaan di sektor pertanian yang kini lebih banyak diduduki oleh pekerja migran El Salvador. Lalu, mulai bertumbuhlah sentimen negatif di benak banyak masyarakat Honduras saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline