Akhirnya, apa yang menjadi dugaan saya ternyata kali ini sungguh terjadi. Leg pertama babak 16 besar Liga Champions yang berlangsung pagi ini, yang mempertemukan tuan rumah Paris Saint Germain (PSG) dengan sang tamu, raksasa Spanyol Barcelona, berakhir dengan kemenangan tim tuan rumah. Mungkin, sekilas mendengar PSG menang selaku tuan rumah terdengar lazim sebab mungkin leg pertama tak menjamin segalanya, tetapi yang menjadi luar biasa dan bisa dibilang di luar kepala adalah, PSG mempermak Barcelona dengan 4-0. Empat gol tanpa balas!
PSG pagi ini seolah mengirim bayang-bayang nyata kegagalan Barcelona lolos dari babak knock-out kali pertama dalam delapan musim terakhir, dengan defisit empat gol yang harus ditebus, suatu nominal yang dalam catatan Liga Champions cukup sukar diraih meskipun berjibunnya cerita indah comeback yang tidak sedikit.
Dalam laga ini, empat gol pemupuk luka Barca yang digores oleh armada Paris, masing-masing merupakan sumbangsih dari freekick indah Angel Di-Maria pada menit ke-18, Julian Draxler (40'), Di-Maria kembali pada menit (55'), dan ditutup dengan luka mendalam oleh gol pemungkas Edinson Cavani pada menit (72'). Barcelona bisa dibilang tampil sangat out of form pada laga ini, dengan tak satupun gol away bisa direngkuh oleh trio maut mereka yang berjuluk MSN (Messi, Suarez, Neymar).
Barcelona benar-benar dihabisi oleh PSG yang di luar ekspektasi tampil sangat lepas dan beringas dengan melepas total 16 tembakan sepanjang laga dengan 10 diantaranya merupakan shot on target. Bandingkan dengan Barcelona yang tampak kocar-kacir menghadapi kejutan yang disuguhkan anak-anak PSG, dengan mencetak total tembakan sebanyak 6 kali dan shot on target hanya satu kali! Tampaknya Unai Emery tahu betul cara mengeksploitasi Barcelona kala keluar dari kandangnya
Dalam analisa laga, kedua tim sama-sama berusaha tampil menyerang sesaat setelah peluit kick-off dibunyikan oleh wasit Szymon Marciniak asal Polandia. Tetapi, dapat dilihat bahwa PSG-lah yang berusaha mengambil alih dan menguasai arah nadi serangan sedari awal laga. Dengan melakukan pressing ketat dan penguasaan bola yang cukup tinggi, PSG mencoba mengurung Barca terlebih dahulu dimana pada sampai menit ke-15, tercatat sudah 4 shot on goal dicatat oleh PSG, sedang Barcelona yang rupanya memang terlambat panas belum menorehkan satu shot on goal pun dengan hanya mencetak satu shot off target.
Serangan deras yang mengalir bertubi-tubi dari PSG akhirnya menemui klimaksnya menjadi petaka, ketika akselerasi sang pendatang baru yang kali melesat menjadi salah satu pemeran utama laga, Julian Draxler dilanggar paksa oleh Samuel Umtiti pada jarak hanya berkisar 21 meter di depan gawang Barcelona yang dikawal Marc Andre ter Stegen. Seorang Ter-Stegen pun menjemput awal parade empat gol di gawangnya setelah lengkungan indah Angel Di Maria melesat di antara pagar betis para pemain Barcelona dan bersarang di kiri gawang Ter-Stegen sebelum kiper muda tersebut mampu bereaksi. PSG pun unggul 1-0.
Berusaha merespons gol Di-Maria, Barcelona pun berusaha tidak tinggal diam. Kali ini, mereka berusaha mengambil giliran alur serangan terutama dengan memanfaatkan kecepatan Neymar dan Messi, bersamaan dengan agak majunya garis belakang pertahanan PSG yang sibuk mencecar dan mem-pressing pemain Barcelona di luar pertahanan mereka sendiri.
Pada menit ke-29, sebuah aksi solo run brilian Neymar beberapa meter dari depan lapangan tengah berhasil merobek lini belakang sebelah kanan PSG yang dikawal Thomas Meunier, dan oleh Neymar yang berhasil meloloskan diri dari sergapan Meunier langsung diteruskan dengan umpan manis yang menjangkau Andre Gomes dan membuat Gomes tinggal berhadapan satu lawan satu bersua dengan Kevin Trapp. Sayang, kali ini Trapp lebih sigap dan tendangan Gomes tersebut bisa dihalau dengan baik. Itulah tendangan ke gawang satu-satunya Barca sepanjang babak pertama, dan mungkin satu-satunya sepanjang laga.
Selepas momen emas kerjasama Gomes-Neymar tersebut, lini serang dan tengah Barca lebih sering mendapat kebuntuan. PSG yang ketika diserang hanya menyisakan seorang Edinson Cavani di depan, telah menugaskan trio Marco Verratti-Adrien Rabiot-Blaise Matuidi, untuk menjegal para gelandang Barca dalam duel fisik satu lawan satu sebelum umpan mereka menjangkau trio MSN.
Seorang Matuidi bahkan terlihat terus mengejar kemana arah penguasaan bola Barca berada, terutama terus berusaha membayangi seorang Andres Iniesta sehingga kali ini bisa terlihat dari segi permainan, Iniesta sangat "tidak senyaman" biasanya. Kinerja trio gelandang Paris membuat Barca yang dalam posisi ingin mengambil alih permainan menjadi kembali tertekan, mereduksi jarak aman antara lini tengah dan belakang akibat lini tengah yang terus menerus disergap oleh gelandang-gelandang PSG ditunjang dengan tidak adanya sistem saling cover yang baik kali ini dari pemain Barca.
Sedangkan para pemain sayap dalam paket Di-Maria - Meunier dan Draxler-Layvin Kurzawa berusaha menunggu bola sekaligus mencurinya kala ada kesempatan, dilanjutkan dengan sprint-sprint dan through pass yang membuat Jordi Alba dan Sergi Roberto keteteran.