Lihat ke Halaman Asli

Bayu Arif Ramadhan

22 thn, Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Guevara, Paham Anti-Western, dan Camaraderie pada Kaum Tertindas

Diperbarui: 27 Agustus 2016   01:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: www.sticker-dealer.de

Sosok Ernesto Guevara sejatinya bukanlah seorang revolusioner asli kelahiran tanah Kuba, yang pada takdirnya kemudian tempat tersebut akan mempertemukannya pada sosok Fidel Castro, revolusioner lain yang akan membawa mereka menuju sosok dwitunggal pemimpin utama Gerakan Revolusi Kebebasan Kuba pada tahun 1959.  

Sebuah peristiwa yang menjadi salah satu simbolisasi paling mengesankan akan kemenangan suara hati rakyat dari negara yang sering disebut sebagai anggota Negara Dunia Ketiga, mengenai keberhasilan meraih kebebasan dari bayang kesengsaraan yang mereka rasakan akibat kapitalisme.

Suatu potret yang mungkin saja bisa menjadi apa yang harus masyarakat Kuba rasakan sekarang, andaikata saat itu sang diktator Kuba Fulgencio Batista tidak digulingkan oleh pergerakan Guevara dan Fidel. Mengingat posisi Batista yang merupakan sosok boneka Amerika Serikat yang merupakan negara poros utama kapitalisme dan wujud supremasi kekuatan Blok Barat kala itu, bersamaan dengan dimulainya masa Perang Dingin yang juga merupakan perang ideologi antara paham kapitalis versus sosialis. Dan kedok Amerika Serikat untuk mendukung berdirinya Batista saat itu adalah via CIA, badan agen rahasia mereka.

Ernesto Guevara adalah produk asli Argentina. Ya, dia adalah seorang argentinos asli kelahiran Rosario pada 14 Juni 1928. Guevara lahir dari ayah-ibu yang mempunyai garis keturunan Spanyol dan Irlandia. Keluarga Guevara adalah keluarga terdidik dan terhormat, merupakan keluarga aristokrat juga yang menganut paham politik kiri. 

Guevara muda merupakan seorang yang telah menunjukkan bibit dan bakat sebagai seorang intelek. Pada usia remajanya, Guevara melahap buku-buku karangan penulis besar mulai dari nama Pablo Neruda, Karl Marx, Nietschze, Lenin, Sartre, hingga Sigmund Freud. Guevara muda menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Buenos Aires, dan tidak terbayangkan bahwa jalan hidup seteratur demikian dari masa muda Guevara akan menuntunnya menjadi seorang revolusioner besar sekaligus menjadikan paham milik Karl Marx sebagai inspirasi terbesarnya seiring waktu. Paham yang menjelaskan bahwa dunia adalah pertentangan panjang dua kelas yakni borjuis sang pemilik modal dan proletariat sebagai objek eksploitasi borjuis, bahwa perbedaan kelas  akan selalu ada selama ada kapitalisme, dan bahwa jalan merubah kapitalisme yang menyebabkan timbulnya perbedaan kelas adalah melalui revolusi bersenjata. Sebagaimana yang ditulis di Das Kapital Marx.

Layaknya anak muda zaman sekarang, Guevara muda yang saat itu sedang menempuh studi kesehatan di Buenos Aires adalah penghobi travelling. Perjalanan travelling Guevara inilah yang akhirnya mengubah pandangan hidup Guevara muda sepanjang hidupnya. Guevara muda tercatat melakukan dua kali perjalanan panjang sepanjang masa studinya di Buenos Aires. Perjalanan pertama adalah perjalanan yang dilakukan sendiri oleh Guevara muda untuk menyelingi waktu kuliahnya, dengan perjalanan motor berkeliling daerah pedesaan sepanjang utara Argentina. 

Perjalanan panjang kedua Guevara adalah mengelilingi sepanjang wilayah Amerika Selatan, bersama sahabatnya seorang bernama Alberto Granado. Perjalanan ini dilaksanakan Guevara-Granado pada tahun 1952, sepanjang sembilan bulan dan bisa disebut bersejarah bagi Guevara karena konon mengubah segala pemikiran seorang Guevara muda terhadap pandangannya saat itu, terutama tentang politik dan kehidupan hingga memutuskan menjadi seorang revolusioner. Perjalanan ini terdokumentasi pada diari Guevara berjuluk The Motorcycle Diaries, dan akibat lamanya waktu perjalanan itu, Guevara terpaksa mengambil cuti kuliahnya.

Menempuh perjalanan dari Argentina dan melewati Chile, Peru, Ekuador, Venezuela, Panama, sampai Miami di Amerika Serikat, di petualangan inilah Guevara menemukan banyak hal baru yang menyentak dan memaksa dia merubah pandangan hidupnya sebagai seorang dari lingkungan keluarga aristokrat. Perjalanan awalnya menuju Chuquicamata di Chile menghadapkan Guevara muda melihat pemandangan  miris hidup para penambang yang seolah menjadi korban eksploitasi pertambangan itu sendiri. Bertemu pasangan suami istri yang tertidur kedinginan di Gurun Atacama tanpa adanya sehelai selimut, lalu Guevara bergerak menemui kehidupan warga Inca di Macchu Picchu, Peru, yang hidup dibawah kemiskinan bertahun-tahun akibat tanah dan ladang yang dimiliki oleh tuan tanah dan petani lokal hanya dijadikan sebagai objek pekerja di tanah ladang tersebut tanpa memiliki bagiannya sepeserpun.  

Hingga pada destinasi terakhir Guevara mengunjungi tempat pembuangan dan pengasingan penderita lepra San Pablo di tepi Sungai Amazon, menyadari betapa terbatasnya kondisi penderita tanpa adanya baju, makanan, dan perawatan yang baik namun mereka tetap menyambut Guevara dan Granado dengan penuh keramahan.  Pada akhir destinasi tersebut, Guevara muda yang tersentuh akan berbagai kondisi memprihatinkan yang telah dilihatnya menuliskan, bahwa setelah melihat kondisi sebenarnya Amerika Selatan (Latin), mulai saat itu seluruh hidupnya akan ia gunakan untuk bertarung dan bahkan mati melawan penyebab kemiskinan, dan keinginan untuk melihat Amerika Latin bersatu. 

Deklarasi emosional dan barangkali spiritual seorang  Guevara seiring  rasa kemanusiaannya pada sesama yang makin dalam dan besar saat itu, ditambah fakta yang terjadi pada kesengsaraan yang terjadi di Amerika Latin membuat kebencian Guevara terhadap Amerika Serikat dan negara western mengenai kapitalisme yang mereka usung mengerucut atas beberapa alasan yang kuat. 

Bertemu kehidupan penambang yang sengsara di Chuquicamata akibat penambangan dan monopoli yang ternyata adalah milik perusahaan Amerika Serikat bernama Anaconda dan Kennecott, bertemu sepasang suami-istri yang kedinginan tanpa selimut di Gurun Atacama yang ternyata adalah korban terhukum akibat tertuduh sebagai komunis, dan menemui petani Peru yang tertindas akibat tanah yang hanya dimiliki tuan tanah dan posisi mereka hanya diperas tak berdaya sebagai pekerja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline