Bahasa pada dasarnya merupakan alat komunikasi utama bagi individu untuk mengekspresikan berbagai ide, arti, perasaan dan pengalaman. Bahasa merupakan sebuah komunikasi yang berdasarkan kata-kata dan tata bahasa. Sesama manusia dapat saling bertegur-sapa, saling bertukar pikiran untuk memenuhi kebutuhannya mealui bahasa. Bahasa memiliki fungsi sosial untuk menghubungkan antar manusia. Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Anak belajar berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki.
Berbahasa merupakan salah satu permasalahan sopan santun . Sopan santun merupakan sebuah terapan dari prilaku seseorang yang berperilaku baik. Indonesia menyebut sopan santun sebagai semacam "etika". Jenis kesopanan merupakan bentuk tertentu dari tindak tutur etika. Seseorang yang sopan akan memiliki bahasa dan perilaku yang baik. Kesopanan adalah bentuk perilaku yang telah dikembangkan di masyarakat agar mengurangi gesekan dalam interaksi pribadi. Sikap sopan bagi orang jawa adalah dengan mengikuti himpunan etika tersebut Sopan santun berarti suatu sikap yang baik seseorang dalam hal hormat menghormati dan menghargai kepada orang lain yang dapat diterima di masyarakat. Bahasa memiliki keterkaitan yang erat dengan sopan santun. Seseorang yang sopan akan menggunakan bahasa yang baik untuk berinteraksi. Sikap sopan santun setiap daerah dinilai berbeda-beda.
Sopan santun seringkali dipengaruhi oleh konvensi budaya, yang didasarkan pada nilai-nilai sosial masyarakat. Konvensi kesopanan berbeda-beda di setiap budaya dan begitu pula ketidaksopanan dan kekasaran. Beberapa kasus yang dianggap tidak sopan dalam satu budaya atau masyarakat tidak selalu menjadi tidak sopan di budaya lain. Setiap masyarakat berproses terhadap gagasan kesopanannya sendiri, yang tidak sama untuk semua lawan bicara, serta situasi dan budaya. Bahasa ada dan tumbuh dalam lingkungan budaya, dan nilai budaya sedang diekspresikan dengan cara yang khas. Kesopanan atau ketidak sopanan selalu hadir dalam semua interaksi komunikatif, mempengaruhi pembentukan dan perkembangan hubungan.
Sopan santun diartikan sebagai nilai yang menjunjung tinggi menghargai, menghormati, dan berakhlak mulia (Suryani, 2017; Farhatilwardah, Hastuti, & Krisnatuti, 2019)). Anak-anak melakukan penolakan dalam menggunakan bahasa jawa sopan dalam interaksi yang peka budaya. Kata penolakan dalam budaya jawa menggunakan bahasa yang tidak menyinggung perasaan seseorang untuk menghargai serta menghormati orang lain. Namun, pengungkapan strategi kesopanan untuk ketidaksepakatan, baik perempuan maupun laki-laki cenderung melakukan strategi kesantunan negatif. Hal tersebut menunjukkan adanya permasalahan sopan santun dalam hal berbahasa. Padahal untuk menjaga kesopanan bahasa sebagai pengendalian diri dalam perwujudan masyarakat yang beradab. Sebagai orang yang bekerja di dunia pendidikan, siswa dan guru tentunya harus memperhatikan kesopanan dalam berbahasa.
Dalam Globalisasi ini ada suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses global itu sendiri. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi memperepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memenfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia.
Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai para pakar ekonomi sampai penjual ikan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengertian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara di seluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain yang masuk bukan hanya barang dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi dan budaya.
Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang dibelahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antar masyarakat dunia secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antar masyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah, seperti kebudayaan gotong royong, menjeguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.
Dalam perkembangan globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan, misalnya: hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu negara, terkikisnya rasa cinta budaya dan nasionalisme generasi muda, menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme, hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong, kehilangan kepercayaan diri dan gaya hidup kebarat-baratan. Pada zaman orang tua kita dulu mereka diajari bagaimana bersikap dan bertutur kata. Seperti kebiasaan mencium tangan kepada orang yang lebih tua umurnya. Hal seperti ini sering diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Sampai sekarang pun masih banyak orang tua yang mengajarkan sopan santun, adat istiadat serta tata cara bersikap yang baik. Hal-hal seperti ini akan berdampak positif bagi para remaja, seperti tumbuhnya rasa hormat terhadap pada orang yang lebih tua dan kepada sesama remaja dan menjadikan remaja lebih maju dalam berfikir dan dapat bersikap lebih dewasa karena dari kebiasaan menghormati orang lain maka para remaja bisa bersikap lebih dewasa dalam berfikir.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehlangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya barat. Padahal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa remaja sekarang lebih memilih untuk mengenakan pakaian orang orang barat dan tidak sedikit Wanita yang mengenakan pakaian yang mengumbar bentuk tubuhnya karena dianggap trend fashion keknian hingga lupa dengan bagaimana cara berpakian orang orang Indonesia.
Adapun pengaruh yang pada tata berbahasa remaja saat ini, Bahasa Indonesia yang tadinya harus dijunjung tinggi, sekarang seolah sudah tidak penting bagi para remaja sekarang, karena selain mereka selalu mengikuti tata cara berbahasa pada suatu tempat yang mereka tinggali, mereka juga terlalu jauh untuk mengikuti era modernisasi yang sekarang terjadi begitu cepat dan tercampurnya oleh budaya barat yang seharusnya tidak mereka contoh dan mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena dari itu semua maka terlihat jelas bahwa para remaja sekarang begitu mudah untuk terhasut dan terpengaruh oleh arus modernisasi yang begitu cepat berkembang didalam pergaulan remaja sekarang.
Sebagai seorang remaja yang tahu dan mengerti akan cepatnya arus modernisasi yang berkembang, seharusnya lebih bisa mengerti dan bisa mengontrol diri agar mereka tidak terjerumus terlalu jauh dalam modernisasi yang terjadi sekarang. Kata-kata yang berasal dari negara asing seperti kata bahasa Inggris yang lebih sering digunakan dalam berinteraksi mereka sehari-hari memang diperlukan dan patut untuk dipelajari, namun tidak untuk dikaji dan digunakan dalam berinteraksi sehari-hari, bila seperti itu maka untuk apa bangsa Indonesia mempunai bahasa persatuan dan kesatuan yang harus dijunjung tinggi oleh semua warga negara Indonesia pada umumnya dan khususnya para kaum remaja jika para remaja sekarang lebih memilih bahasa yang mengikuti trend dalam modernisasi.