Lihat ke Halaman Asli

BAYU RIANDIKA

SMK YOS SOEDARSO SIDAREJA

Penilaian Autentik

Diperbarui: 9 Mei 2023   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut saya, pernyataan yang mengungkapkan bahwa penilaian autentik mengharuskan pembelajaran autentik pula memang sudah seharusnya seperti itu. Berdasarkan pernyataan tersebut terdapat dua hal penting yang perlu kita cermati di sini yaitu penilaian autentik dan pembelajaran pembelajaran autentik.

Callison (via Nurgiyantoro, 2016: 329) mengemukakan penilaian autentik merupakan sebuah penilaian proses yang di dalamnya  melibatkan berbagai kinerja yang mencerminkan bagaimana peserta didik belajar, capaian hasil, motivasi, dan sikap yang terkait dengan aktivitas pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut, Helmi (dalam Jurnal Al-Ishlah) mengatakan bahwa penilaian autentik adalah suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna, yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan. Selanjutnya, Nurgiyantoro (2015: 23) mengemukakan bahwa penilaian autentik  merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah.

Sementara itu, belajar autentik berarti pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata dan proyek-proyek yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi serta membahas masalah-masalah tersebut dengan cara yang relevan untuk mereka. Lebih jelasnya, pembelajaran autentik (authentic learning) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan, yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa (Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999).

Berdasarkan uraian tersebut terlihat jelas bahwa penilaian autentik berkaitan erat dengan pembelajaran autentik atau dengan kata lain penilaian autentik memfokuskan pada proses belajar yang autentik pula. Hal ini diperkuat pula dengan penjabaran tujuan dari penilaian autentik  yakni untuk mengukur berbagai keterampilan  dalam berbagai konteks  yang mencerminkan  situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Misalnya, penugasan kepada pembelajar untuk membaca berbagai teks aktual-realistik, menulis topik-topik tertentu sebagaimana halnya di kehidupan nyata, dan berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal, surat, atau mengedit tulisan sampai siap cetak. Dalam kegiatan itu, baik materi pembelajaran maupun penilaiannya terlihat atau bahkan memang alamiah (Nurgiyantoro, 2015: 23).

Pada penilaian autentik yang membutuhkan pembelajaran autentik ini guru juga dituntut untuk menjadi "guru autentik". Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini.

Menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain

Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.

Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.

Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

Setelah memahami konsep penilaian autentik dan pembelajaran autentik, kita perlu mengetahui macam penilaian autentik kaitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia.

  • Penilaian Kinerja
  • Unjuk kerja dalam dalam konteks hasil pembelajaran bahasa berkaitan dengan kinerja aktif-produktif lewat berbicara dan menulis dengan bahan persoalan aktual dan kontekstual yang dijumpai dalam kehidupan. Contoh kinerja ini antara lain berpidato, berdiskusi, menulis resensi, menulis laporan, menulis berita, sampai menulis karya kreatif.
  • Wawancara lisan
  • Dalam konteks penilaian hasil pembelajaran bahasa Indonesia tujuan utama kegiatan itu adalah untuk menilai kompetensi peserta didik membahasakan secara lisan informasi yang ditanyakan pewawancara dengan benar.
  • Pertanyaan terbuka
  • Penilaian dilakukan dengan memberikan pertanyaan atau tugas yang dijawab oleh peserta didik secara tertulis atau lisan.
  • Menceritakan kembali teks atau cerita
  • Pemberian tugas menceritakan kembali dilakukan untuk mengukur pemahaman wacana  yang didengar atau dibaca  secara lisan atau tertulis. Wacana yang dipilih haruslah kontekstual, relevan, dan yang sesuai dengan perkembangan pengalaman peserta didik.
  • Portofolio
  • Portofolio merupakan kumpulan karya peserta didik yang dikumpulkan secara sengaja, terencana, dan sistemik yang kemudian dianalisis secara cermat untuk menunjukkan perkembangan peserta didik setiap waktu.
  • Proyek
  • Proyek merupakan bentuk penugasan untuk menghasilkan karya tertentu yang dilakukan secara berkelompok  dalam kaitannya dengan penilaian hasil pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline