Disusun Oleh Raflia S. Ismail, Sri Fatrawati Mahmud, Irvan Usman
PEMBAHASAN
Teman sebaya yang memberikan dukungan emosional dapat membantu korban bullying merasa lebih percaya diri, sehingga mengurangi risiko mereka menjadi target intimidasi. Dukungan emosional dari teman-teman dapat meminimalkan dampak negatif pada korban, sementara sebaliknya, sikap permisif atau ikut serta dari kelompok sebaya dapat memperburuk situasi. Keberadaan teman sebaya yang tidak mendukung atau bahkan ikut serta dalam perilaku bullying dapat memperburuk perasaan korban dan membuat mereka merasa lebih terisolasi, memperkuat siklus kekerasan sosial yang terjadi. Pentingnya peran teman sebaya tidak dapat dilebih-lebihkan. Dukungan mereka tidak hanya membantu korban secara langsung tetapi juga mengubah norma sosial dalam kelompok, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mengurangi peluang bullying terjadi. Peran teman sebaya sangat penting dalam menciptakan atmosfer yang positif dan mencegah terjadinya bullying
Dukungan Emosional dari Teman Sebaya
Dukungan emosional yang diberikan oleh teman sebaya memainkan peran krusial dalam mengurangi dampak bullying. Ketika seorang siswa merasa tertekan atau terintimidasi, kehadiran teman yang peduli dapat memberikan rasa aman dan kenyamanan. Teman sebaya sering kali menjadi orang pertama yang mengetahui jika seseorang mengalami masalah, dan mereka dapat menawarkan dukungan yang diperlukan untuk membantu korban menghadapi situasi sulit. Sulfemi, W. A., & Yasita, N. (2020), menyatakan bahwa "Lingkungan sosial yang positif, termasuk dukungan dari teman sebaya, dapat memberikan perlindungan signifikan bagi korban bullying. Ketika individu merasa diterima dan dihargai oleh rekan-rekannya, rasa percaya diri dan ketahanan mental mereka meningkat, sehingga lebih kecil kemungkinannya menjadi target intimi
Dukungan emosional yang diberikan oleh teman sebaya memainkan peran krusial dalam mengurangi dampak bullying. Ketika seorang siswa merasa tertekan atau terintimidasi, kehadiran teman yang peduli dapat memberikan rasa aman dan kenyamanan. Teman sebaya sering kali menjadi orang pertama yang mengetahui jika seseorang mengalami masalah, dan mereka dapat menawarkan dukungan yang diperlukan untuk membantu korban menghadapi situasi sulit. Putri, S. O. (2022), menyatakan bahwa "Lingkungan sosial yang positif, termasuk dukungan dari teman sebaya, dapat memberikan perlindungan signifikan bagi korban bullying. Ketika individu merasa diterima dan dihargai oleh rekan-rekannya, rasa percaya diri dan ketahanan mental mereka meningkat, sehingga lebih kecil kemungkinannya menjadi target intimidasi."
Hal ini menunjukan bahwa siswa yang memiliki teman dekat cenderung lebih resilient dan mampu mengatasi stres dengan lebih baik. Dengan adanya dukungan ini, korban bullying merasa tidak sendirian dan lebih berani untuk melaporkan tindakan bullying kepada pihak berwenang, seperti guru atau konselor. Dukungan teman sebaya tidak hanya mencakup pemberian kata-kata semangat atau pelukan, tetapi juga dapat berbentuk tindakan nyata, seperti menemani korban saat melapor atau membantu mencari solusi untuk mengatasi situasi tersebut. Menurut Prasetyo, E., & Lestari, S. (2023), "Pentingnya peran teman sebaya tidak dapat dilebih-lebihkan. Dukungan mereka tidak hanya membantu korban secara langsung tetapi juga mengubah norma sosial dalam kelompok, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mengurangi peluang bullying terjadi."
Norma Sosial dan Pengaruh Kelompok
Teman sebaya sering kali memiliki pengaruh besar terhadap perilaku individu, termasuk dalam konteks bullying. Ketika norma kelompok menekankan pentingnya saling menghormati dan menolak kekerasan, anggota kelompok cenderung mengikuti nilai-nilai tersebut. Sebaliknya, jika kelompok teman sebaya menganggap bullying sebagai hal yang biasa atau bahkan lucu, maka perilaku tersebut akan terus berlanjut dan mungkin semakin meningkat. Rahmawati, F., & Nurhayati, S. (2024), menyatakan bahwa "Ketika kelompok teman sebaya mengambil sikap tegas terhadap perilaku bullying, mereka dapat mengubah dinamika kelompok secara keseluruhan, menciptakan norma sosial yang mendukung inklusi dan empati." Norma sosial yang terbentuk dalam kelompok teman sebaya sering kali menentukan apakah perilaku bullying dianggap dapat diterima atau tidak. Ketika kelompok teman sebaya secara aktif menentang perilaku bullying dan memberikan contoh positif dalam interaksi sosial, mereka membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi semua anggota. Sebaliknya, jika bullying dianggap sebagai bagian dari dinamika kelompok, misalnya dalam bentuk olokan atau ejekan yang diterima begitu saja, maka pelaku bullying merasa diberdayakan, dan korban menjadi semakin terisolasi.