Mengelola sepetak sawah ladang sama halnya dengan menyayangi dan mencintai seorang kekasih. Harus betul-betul setia, perhatian, dan komitmen kuat - Bayu Samudra
Sebagai petani milenial, saya menyadari betul pentingnya kepesertaan kelompok tani (Poktan).
Hal ini saya lihat dari para petani senior di desa yang begitu banyak menerima manfaat atas keterlibatan mereka dalam Poktan.
Pada 2019, saya diberikan kepercayaan mengurus beberapa petak ladang (tegalan) keluarga yang jarang ditanami tanaman di sawah pada umumnya.
Biasanya dan selalu langganan tanaman singkong dan sengon (akasia). Tanaman jangka panjang yang kadang profitnya menyayat hati. Pas panen singkong, harganya hancur sehancur-hancurnya. Jelas rugi.
Sejak pertengahan 2019, saya mengganti jenis tanaman kepada jagung, kacang tanah, dan kacang otok (tanaman lembayung).
Syukur membuahkan hasil. Meski keuntungannya minimalis, tapi bisa makan rebusan kacang tanah, sayur lembayung, tumis kacang otok, bahkan rebusan jagung, makan nasi jagung hingga biji jagung buat pakan ayam.
Paling tidak dapat merasakan jerih payah para petani yang sudah bertahun-tahun menginjak-injak (mengelola) sektor pertanian.
Semenjak terjun ke pertanian, saya merasakan ada yang tidak baik dalam pengelolaan pertanian kita (Indonesia).