Cinta segitiga tiga itu ibarat kita bermain jungkat-jungkit.
Kita harus ada ditengah-tengah, menjadi titik tumpu, titik keseimbangan, dan titik ekuivalen. Maka, tidak boleh berat sebelah. Jika ini terjadi, jalinan cinta diantara kedua orang yang kita cintai bakal terjadi konflik, ketidakseimbangan. Akhirnya, bisa menyingkirkan satu bahkan membubarkan jalinan cinta yang terjalin.
Kunci sukses menjalin hubungan cinta segitiga atau bercabang dua, berada pada seberapa besar komitmen dan perasaan yang diberikan oleh diri kita atau pelaku cinta segitiga kepada keduanya. Jika terjadi berat sebelah, jelas menimbulkan benih konflik yang bila dibiarkan akan tumbuh dan mengakar kuat guna menghancurkan hubungan yang telah terjadi.
Mungkin banyak pasangan diluar sana yang keberatan bilamana menghalalkan cinta segitiga untuk dilegalkan. Cinta segitiga itu ilegal, meski kita gak mampu menunjukkan fakta hukum bahwa cinta segitiga itu ilegal dan legal. Ini sangat abstrak. Sebab, gak ada indikator resmi yang diakui oleh berbagai pasangan entah dalam konvensi ataupun hasil sidang majelis percintaan, bahwa cinta segitiga itu ilegal dan melanggar hukum.
Memang sebuah fenomena yang membudaya, mengakar kuat di sela-sela sendi kehidupan. Cinta segitiga kadang berakhir bahagia, tapi tak jarang berakhir nestapa. Dan nyatanya selalu ditutup dengan lembar kebencian pada salah satu atau dua orang sekaligus atas cinta segitiga yang dilakoninya.
Bagi mereka yang fine-fine aja, mengenai jalinan cinta segitiga, tentu bakal mempelajari dengan saksama bahwa cinta segitiga bukanlah sebuah tindakan kriminal bahkan ilegal. Toh, selama pasangan yang merelakan menjalin hubungan cinta segitiga mengamini, maka gak ada sebuah penderitaan dalam dirinya.
Ini artinya, semua pelaku dalam lingkaran cinta segitiga sudah mengetahui porsi masing-masing. Mereka berada di titik keseimbangan, titik ekuivalen. Maka gak ada sebuah perhatian ataupun kasih sayang yang dicurahkan melebihi bahkan mengurangi dari jatah titik sebandingnya. Semua sabesar, sama rata.
Secara tidak langsung, menjalani kehidupan cinta segitiga merupakan sebuah upaya belajar membagi komitmen dan perasaan.
Pasalnya, mereka yang berkecimpung dalam dunia cinta segitiga pasti mampu menjadi titik tumpu. Sehingga semua apa yang dikatakan, diperbuat, bahkan tingkah laku dari segi masyarakat dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan bagi mereka yang hanya mengandalkan kemewahan (harta dan tahta) masih luntang-lantung karena kehilangan benda pijakan.