Apa yang kamu pikirkan pertama kali saat ditanya mengenai Candi Borobudur?
Candi buddha terbesar di dunia. Peninggalan Dinasti Seilendra. Candi yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Candi yang mencerminkan perjalanan hidup manusia, mulai dari alam dunia hingga alam keabadian.
Tapi, pernahkah kita menduga bahwa Candi Borobudur tak hanya mengenai hal itu-itu saja. Saya yakin tidak pernah menduga, kecuali bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia penelitian cagar budaya.
Borobudur Pusat Musik Dunia.
Salah satu fakta terbesar, bahwasanya Borobudur adalah pusat musik dunia. Mengapa bisa dikatakan demikian? Hal ini diterangkan secara jelas dalam relief Candi Borobudur itu sendiri. Ada banyak relief yang menunjukkan berbagai macam pertunjukan seni musik hingga alat-alat musik.
Pada relief tersebut, tercatat lebih dari puluhan alat musik yang tersebar di seluruh Indonesia dan lebih dari empat puluhan negara di dunia. Kenyataan ini jelas membuktikan bahwa Borobudur menjadi panggung musik dunia.
Mungkin dulunya, ada sebuah acara kerajaan pada masa Dinasti Seilendra yang menghadirkan sebuah harmoni alat-alat musik dari berbagai penjuru dunia (baca: daerah kekuasaan kerajaan). Acara tersebut sangat istimewa, sehingga dihadiri oleh banyak pemusik yang berkolaborasi menyuguhkan eksotika lantunan melodi berbagai alat musik kepada hadapan sang Raja, Seilendra.
Untuk mengenang suatu pertunjukan tersebut. Maka dalam pembangunan Candi Borobudur, disisipkanlah peradaban musik saat itu. Yang pada akhirnya, menjadi sejarah hingga masa kini. Artinya ada suatu pengabadian momen penting, resmi, dan istimewa yang pernah digelar oleh Dinasti Seilendra di masa lalu.
Opini tersebut, mungkin salah di mata para peneliti sebab tidak berdasarkan data faktual. Tapi, kebanyakan para raja di masa lampau, sering mengabadikan momen bersejarah pada masa pemerintahannya dalam sebuah peninggalan berupa prasasti. Sebut saja, Raja Mulawarman dari Kerajaan Kutai dengan prasasti Yupa.
Dengan banyaknya relief pertunjukan alat musik pada dinding Candi Borobudur, Purwacaraka dan Trie Utami menggagas Sound of Borobudur. Yang mana dinyatakan dengan penampilan musisi pada 2016 dengan nama Orkestra Sound of Borobudur. Menampilkan perpaduan bunyi alat musik kendang, suling, dan dawai sebagaimana yang terpahat dalam relief Candi Borobudur.
Upaya tersebut jelas bukan usaha remah-remah rengginang. Apalagi hasil kerja remah-remah rempeyek. Bukan. Butuh kerja keras yang menguras tenaga, waktu, dan biaya.