Lihat ke Halaman Asli

Bayu Samudra

TERVERIFIKASI

Penikmat Semesta

Memaafkan Itu Berat, tapi Kamu Harus Jadi Orang Pertama yang Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Diperbarui: 13 Mei 2021   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memaafkan kesalahan orang lain (foto dari pixabay.com)

Memaafkan kesalahan orang lain itu berat. Apalagi kesalahan si mantan. Seakan bencinya setengah mati bahkan dibawa mati.

Setiap manusia tentu punya kesalahan kepada sesamanya. Entah karena disengaja maupun tidak disengaja. Intinya tiap manusia pernah berbuat salah. Sebab kesalahan itu manusiawi.

Pada kesempatan Idul Fitri ini. Kita mencoba kembali suci dengan saling memaafkan terhadap kesalahan orang lain. Mencoba melupakan perbuatan tercela orang lain pada diri kita, walau masih saja teringat. Mencoba menyucikan hati dan pikiran agar tetap berbuat kebaikan kepada semua orang.

Sebab pada dasarnya, memberi maaf atas kesalahan orang lain itu amatlah berat. Terlebih kesalahan karena lisannya. Ibarat, lisan itu jauh lebih tajam daripada pedang. Lebih mematikan daripada sengatan listrik.

Akan tetapi, kita sebagai manusia harus berusaha memliki kebesaran hati, menerima perlakuan buruk orang lain kepada diri sendiri. Artinya kita harus legawa. Sebab apa yang ditimpakan pada kita menjadi salah satu ujian dari Tuhan. Menguji kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan.

Memberi ucapan maaf itu ringan. Semua orang bisa mengucapkan maaf, meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat. Tapi, melupakan kesalahan orang lain itulah yang paling sulit.

Terlebih apabila kesalahan itu menguras harta benda. Misal, kita berteman akrab dengan seorang kawan. Kita membangun sebuah bisnis (rumah makan). Tapi, ketika bisnis berjalan dengan pesat dan mencapai puncak, kita dikhianati. Semua aset rumah makan dijual sepihak pada orang lain. Tanpa adanya perundingan dan titik permasalahan yang melatarbelakangi perbuatan tersebut.

Parahnya, si dia kabur entah kemana. Menghilang dari peredaran. Dan betapa hancurnya perasaan kita saat itu. Rumah makan yang dibangun bersama, tetapi dihancurkan dalam sekejap oleh kawan kita sendiri. Apa gak marah diri kita? Syukur gak kena serangan jantung. Bisa sangat dendam kesumat.

Namun, apabila kita mendasari pada perilaku sabar, tanah, dan ikhlas. Niscaya, kita tak akan memiliki sebutir biji sawi kebencian kepada seseorang yang telah mengkhianati kita. Memang berat. Apa salahnya mencoba berlaku demikian?

Memaafkan kesalahan orang lain itu berat (foto dari pixabay.com)

Nyatanya, saya pun belum mampu berlaku demikian dan masih terus diupayakan untuk dapat berlaku arif tersebut. Susah benar memang. Apalagi kesalahannya dilakukan oleh kawan sendiri yang kita anggap keluarga.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline