Publik dihebohkan dengan pencalonan Giring Nidji menjadi calon presiden 2024. Tak ada yang menyangka Giring masuk dalam bursa calon presiden. Lembaga survei pun ketar-ketir memasukkan nama Giring dalam polingnya. Apalagi, masyarakat desa yang kesehariannya hanya di sawah, mencangkul, membajak, dan mengira-ngira kapan pandemi berakhir. Total berubah menjadi pengamat politik dadakan.
Kampung saya, menyambut hangat kedatangan Giring pada pusaran calon presiden 2024. Tapi, suara kampung saya tidak diberikan padanya. Giring masih muda. Giring belum banyak asam asin politik. Giring pun belum pernah terjun di ranah pemerintahan. Hanya menang popularitas dari lagu "Laskar Pelangi".
Pada pemilu 2019, Giring mencalonkan diri sebagai calon legislatif DPR-RI dari Partai Solidaritas Indonesia melalui suara Kota Bandung dan Cimahi. Gol. Giring mencetak angka fantastis. Empat puluh ribu suara lebih dituai di Bandung dan hampir sepuluh ribu suara di Cimahi. Berhasil secara nalar. Gagal secara hukum. PSI tak mampu mengantarnya duduk di kursi parlemen. Ambang batas suara partai tak dapat diraih.
Berdasarkan pengalaman Giring yang masih hangat itu, dapat dijadikan track menuju kursi presiden. Jangan keburu nyapres. Modal pengalaman nol besar. Toh, Ibu Tri Rismaharini atau Ibu Risma Walikota Surabaya yang akan berakhir masa jabatannya pada Februari 2021, lebih memilih duduk bercengkrama bersama anaknya. Menjajakan kain batik dan kopi panas di Caffe Historisma.
Jelas jauh berbeda, Giring dengan Risma. Walikota Surabaya dengan prestasi seambrek melawan pelantun lagu "Ketika Tuhan Jatuh Cinta" dan popularitasnya. Tak bisa mengantarkan Giring melaju ke Istana.
Para partai politik sudah kebanyakan stok pemimpin bagus. Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah. Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat. Tri Rismaharini Walikota Surabaya. Abdullah Azwar Anas Bupati Banyuwangi. Mereka siap dicalonkan sebagai presiden. Meski masih malu-malu kucing.
Giring Ganesha. Belajarlah dari para pembesar negeri ini. Mereka tumbuh dengan balutan pahit manisnya kepemerintahan. Bukan semata-mata popularitas. Rekam jejak perlu diperhatikan.
Saran saya, mending Giring mencalonkan diri sebagai Walikota Bandung. Toh suara Mas Giring menjamur di sana. Bukan tidak mungkin Mas Giring jadi presiden, alangkah lebih baik jadi walikota dulu. Biar tidak kaget dan salah kaprah dalam mengambil keputusan, seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H