Lihat ke Halaman Asli

Bayu Samudra

TERVERIFIKASI

Penikmat Semesta

Cerita dari Masa Lalu Pra-Covid19

Diperbarui: 16 Juli 2020   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Pribadi

Kemarin (sebelum covid-19), adik bercerita kepadaku. Ia menemukan kursi bertuliskan namaku di ruang kelasnya. Lantas, ia menanyakan hal itu padaku. Ia mencoba memberi clu atau tebakan yang seakan mengetes ingatanku. Mulai di bagian mana tulisan itu berada, menggunakan alat apa, bagaimana susunan hurufnya beserta detail bingkainya. Untungnya ingatkan saya masih cukup kuat setelah kurang lebih sembilan tahun sejak lulus SD. Saya jawab satu persatu. 

Pojok kanan atas di sandaran kursi kayu berwarna merah, kutuliskan namaku. 

Waktu itu, menggunakan tipe-x dengan huruf kapital tegak beserta garis-garis melingkar menghiasi coretan namaku. Ia menambahkan tentang kondisi kursi dan tulisannya padaku. Warna kursinya sudah mulai pudar dan kusam serta tulisannya mulai menghitam luntur akibat gesekan punggung siswa-siswi yang mendudukinya setelah ratusan purnama.

Adikku Sri Ratna Laseri kelas 6 SD

Cerita ini cukup mengingatkan saya pada masa SD dulu, bahwa banyak kenangan yang dipahatkan pada benda-benda milik sekolah. Semua punya cerita masing-masing, walau para penghuninya sudah tumbuh dewasa. Namun, kenangannya masih saja kanak-kanak---lucu, menyebalkan, dan riang gembira. 

Kebiasaan menuliskan nama pada fasilitas sekolah seperti meja, kursi, pintu, kusen jendela, bahkan pohon di halaman sekolah adalah tanda abadi kehidupan.

Tanda-tanda itu bisa ditemukan oleh orang lain di masa depan, sama halnya dengan adik saya yang seakan membawa cerita pada masa lalu yang perlu diceritakan dan dikenang pada masa sekarang.

Pernahkah kalian menuliskan nama atau perihal apapun di meja, kursi, kusen jendela, pintu bahkan pohon pada masa SD?

Selama covid-19 berlangsung, fasilitas sekolah yang semestinya penuh dengan cerita dari masa lalu tak lagi terdengar kabar. Sebab, tak ada penutur yang menuturkan kenangan indah tersebut. 

Kini, plak-plak kehidupan telah memenuhi coretan kenangan tanpa ada satu pun manusia yang menyucikannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline