Lihat ke Halaman Asli

Selintas Tentang Saigon Sebagai Salah Satu Cerminan Negara Uncle Ho

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1402123905423988813


14021242951630385506

Kesan awal ketika saya membayangkan Vietnam adalah “angker”, dan ternyata kesan yg sama juga terpatri di benak teman teman saya…dan itu merupakan hal yg wajar. Betapa tidak, negara yg baru merdeka th 1979 ini pernah berperang melawan negara2 besar, seperti Perancis, Amerika & China tapi semuanya dimenangkan oleh negeri Uncle Ho itu.


Hari sudah mulai sore, ketika saya menginjakkan kaki di kota Saigon, perjalanan dari bandara Tan Son Nhat dilanjutkan dengan metromini sebagai public transport di kota itu. Saya & teman saya lalu duduk di jajaran kursi paling depan setelah saya memasukkan ongkos transport ke dalam sebuah kotak yg disediakan dekat supir bus. Sengaja saya mengambil posisi duduk paling depan, karena bisa leluasa melihat suasana jalanan kota.


Sepintas saya merasakan suasana kota Saigon tidak berbeda dengan kota2 di Indonesia, namun di sini pengendara motor atau roda dua jauh lebih banyak daripada pengguna roda empat. Tapi di sini saya tidak mendengar bisingnya suara knalpot motor hasil modifikasi, semuanya standar. Di beberapa persimpangan tidak dilengkapi traffic light, tapi semua berjalan teratur, tidak saling serobot & ini salah satu kekaguman saya, karena walaupun Vietnam negara berkembang sama seperti Indonesia, tapi mereka mempunyai semangat disiplin & toleransi kepada sesama pengguna jalan.


Kira kira setelah setengah jam, kami tiba di terminal. Kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju hotel muslim dimana teman saya Bar2 telah menunggu di sana. Selama di perjalanan menuju hotel, kami melewati jajaran toko-toko tempat orang2 berlalu lalang. Di sekitar banyak sekali turis turis asing & masyarakat kota Saigon seringkali menyapa mereka dengan ramah.


Sekitar pukul tujuh malam, saya bersama rekan berjalanan menapaki taman kota Saigon, sebuah taman yang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat kota. Masyarakat kota Saigon rupanya sudah terbiasa berkumpul di taman kota, mereka melakukan berbagai aktifitas seperti olah raga, bermain, atau sekedar berjalan2 bersama rekan atau keluarga, bahkan di sisi lain saya melihat sekumpulan orang yang sedang berdansa.


Tidak berapa lama kami tiba di sebuah toko, “Hallo my friend!” sambutan yg hangat kami dapatkan dari sang mpunya toko tersebut yg memang sudah menjadi teman kami di kota itu. Setelah berbasa basi sang mpunya toko mempersilahkan kami duduk di teras toko, kebiasaan masyarakat Saigon mereka selalu bercengkrama di teras luar rumah dengan menggunakan kursi & meja kecil, hal ini membuat suasana keakraban semakin kental.


Hangatnya caphe den nong atau kopi hitam khas Vietnam menambah keakraban kami apalagi dengan diiringi soup ga atau sop ayam yang disajikan untuk kami sebelumnya, hal ini membuat hilangnya kesan angker yg sempat tertanam falam benak saya tentang masyarakat saigon.


Saya melihat mereka sebagai suatu masyarakat yang ramah, toleran. Polisi kota pun jarang tampak di sana, kalaupun ada mereka tidak terlihat sangar atau menakutkan, penampilan mereka bersahaja. Bagi saya, mereka adalah masyarakat yg cinta damai, tapi akan menjadi “singa” jika mereka diusik, mereka akan menjadi David sang penumbang Goliath jika harga diri bangsa mereka diinjak2, terbukti dengan terbirit biritnya raksasa Perancis, China & Amerika dengan “Rambo”nya

Saigon, Maret 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline