Lihat ke Halaman Asli

Pahlawan tanpa Tanda Tangan

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahi,

Pagi hari dikabupaten bandung adalah momen yang tak pernah ingin saya lewatkan. Udara sejuk di selingi burung berdiskusi mengambil tema yg sama setiap harinya :  "makan apa kita hari ini?" biasa saya hiraukan. saya lebih menikmati bulu kuduk berdiri tertiup lembutnya angin di desa ini.

"RRRRRrrrkkk ... rrrlkkk" suara perut saya memohon untuk tak mau dbohongi lagi karena semalam merengek minta di isi tepi saya bohongi dengan rayuan "5 menit lagi ya sayang ... bentaaaaarrr lagi" sampai tak terdengar lagi rengekan si perut manja ini karena saya tertidur pulas di depan komputer, wakakakaka (maap ya).

Saya pun bergegas pergi ke warung terdekat untuk membeli maring alias makanan ringan. ternyata di warung banyak ibu-ibu yang mengantri, terlihat sangat aneh tanpa riasan yang biasa melekat di wajah mereka setiap saat. terpaksa deh saya mengantri melestarikan budaya nasional yang sudah mulai punah ini. Tiba-tiba mata saya tertarik oleh suara bising  melebihi bisingnya angkot  dijalan raya yang terdengar di sisi kiri saya. Ternyata sekolompok anak SD yang asyik mengejek temannya. "kaditu ah ... ulah ulin jeung aing, isin aing mah ulin jeung sia, maneh mah goreng patut. gorpat ...gorpat ... goreng patuutttt"  ejek salah satu anak SD itu . yang artinya "Pergi sana .. jangan main denganku, aku malu main denganmu, muka kamu jelek, jelek sekalu ... jelsek ....jelsek ... jelek sekali " (kira-kira seperti itu terjemahannya). jreng ..jremg ..jreng camera di close up ke muka sang korban persis adegan sinetron di tv nasional kita. sang korban ejekan memasang muka termelas yang pernah saya lihat dalam hidup saya, terlihat perih  menyayat-nyayat hati saya. para ibu-ibu terlihat cuek tak mau tahu dengan kejadian yang menurut saya melanggar pembukaan UUD 45. "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan". Dasar bibit-bibit penjajah dalam hatiku, kemerdekaan untuk hidup bebas direnggut oleh satu diktator cilik. ini saya tak bisa membiarkan ini terjadi!

Naluri pahlawanku pun muncul entah darimana. "heh .. teu kenging nyarios kitu (ga boleh ngomong kaya gitu)." Bak seorang pahlawan aku berjalan menghampiri anak yang di ejek itu berniat untuk menenangkan hatinya. "udah de, yang sabar ya ... cari aja temen yang laen" aku pasang senyum termanis  sambil mengusap pundak anak SD itu. Terkejut ku mendengar anak SD itu berkata "Geus tong pipilueun sia teh an***g...(udah kamu ga usah ikut campur ***sensor***)" sambil bernada kesal berlari mengejar teman-teman yang tadi mengejeknya.

Alamak kaget bukan kepalang mendengar anak SD berkata seperti itu. Sekarang bingung saya menjadi bahan obrolan ibu-ibu yang mengantri dari tadi. saya mencari satu alasan yang paling masuk akal mengapa anak SD itu berprilaku seperti itu. Mungkin aku  orang asing di mata anak itu jadi dia tak perlu repot untuk tidak enak hati pada saya  karena tidak akan bertemu lagi. Hmmmp ... Tak mungkin guru bahasa indonesia di sekolahnya  mengajarkan hal yang tidak sopan seperti itu. Ataukah saya kurang bergaul dengan perkembangan anak SD 2011?

Satu alasan yang paling masuk di akal di otakku adalah karena saya sok menjadi pahlawan. ya .. itu dia ! coba kalo saya hiraukan anak-anak SD tadi, mungkin saya tak akan capek mencari alasan untuk sedikit menenangkan hati ini. Saya kira asetelah menyelamatkan anak SD itu saya akan mendapatkan tanda tangan seperti selebritis, atau ucapan terima kasih, atau paling tidak aku mendapatkan senyuman dari anak itu. Ternyata khayalanku tak berjalan dengan baik. Tapi apakah aku  salah karena ingin menjadi pahlawan ? walaupun pahlawan tingkat anak SD saya kira awal yang baik untuk karir kepahlawananku. Kepedulian terhadap lingkungan sekitar menurutku menjadi modal utama untuk menjadi seorang pahlawan.

Saya tidak menyalahkan anak SD yang berlaku tidak sopan, karena aku mewajarkan saja,  Saya juga tidak menyesali kejadian itu. yang saya petik dari kejadian tersebut adalah SEBERAPAPUN BURUKNYA (sifat/perbuatan) SESEORANG DISEKITARKU, AKU TAK AKAN PERNAH LELAH MENCOBA MENGINGATKAN KALIAN SEKUAT TENAGAKU. Bukan karena aku sok pahlawan, bukan karena ingin pujian, apalagi karena tanda tangan, aku hanya sayang kalian.

Allah سبحانه وتعالى berfirman:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. (العصر: 1-3

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat- menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran. (al-’Ashr: 1-3)

Allah سبحانه وتعالى berfirman:

ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ . (البلد: 17)

Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (al-Balad: 17)

Allah سبحانه وتعالى berfirman:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. (ال عمران: 104)

Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104).

wassalam

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline