Beberapa minggu terakhir ini saya merasa begitu geram sekaligus merinding sewaktu melihat begitu banyak pemberitaan kriminal di media nasional yang semakin 'tidak normal'. Memang, berita mengenai pembunuhan, pencurian, hingga pemerkosaan sudah menjadi sarapan kita setiap hari. Namun, itu semua menjadi tidak normal, setidaknya bagi saya, jika yang menjadi pelaku adalah para remaja.
Dua berita yang baru-baru ini sedang disorot warganet adalah peristiwa yang terjadi di pulau Sumatera. Dilansir dari Kompas, seorang remaja perempuan berusia 13 tahun harus mengalami kejadian yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi dalam hidupnya. Ia diperkosa oleh empat remaja yang masih berusia 13, 12, dan 16 tahun. Tidak cukup sampai di sana, ia harus rela kehilangan nyawanya dalam upaya melepaskan diri dari para pelaku.
Belakangan diketahui bahwa motif para pelaku diawali oleh rasa penasaran yang memuncak setelah kecanduan video porno, yang membuat mereka akhirnya mengikuti syahwat keji tersebut.
Masih dilansir dari Kompas, berita berikutnya menyangkut tiga pelajar remaja yang tega memperkosa mantan pacar yang masih duduk di bangku SMP, yakni L (14) secara berulang kali. Para pelaku sendiri masih berusia 16 dan 17 tahun. Lagi-lagi kecanduan video porno menjadi asal muasal niat jahat itu muncul.
Dua dari sekian banyak berita yang menyeret remaja ke dalam kasus kriminal semakin mempertegas bahwa dunia anak sedang tidak baik-baik saja. Dari sekian banyak motif yang melatarbelakangi para pelaku, kita bisa melihat bahwa niat jahat itu selalu dimulai dari kecanduan video porno.
Pendidikan seks yang masih tabu di masyarakat Indonesia harus segera diruntuhkan. Semua pihak mulai dari orang tua, pengajar, pemerintah, hingga tokoh agama tidak bisa lagi tutup mata terhadap pentingnya pendidikan seks di kalangan remaja. Kita tidak mungkin bisa membendung gelombang video porno yang kian deras, tetapi kita bisa mengubah pola pikir orang-orang yang menerima terpaan video-video vulgar semacam itu.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Di dunia dengan akses yang tidak terbatas, video porno dan sesuatu yang berbau seks sudah tidak bisa dihindari. Ia hampir ada di mana-mana, artikel berita, hiburan, media sosial, hingga iklan. Namun, semua itu bisa kita manfaatkan untuk memulai pembicaraan yang edukatif untuk para remaja.
Memang akan terasa canggung pada awalnya, tapi pendidikan seks pada akhirnya adalah tugas orang tua, tidak hanya guru biologi. Dengan komunikasi dan hubungan yang dijalin dari sejak dini, orang tua dapat menyiapkan pengetahuan tentang seksualitas yang sehat seumur hidup.
Berikut ini beberapa kiat yang bisa membantu orang tua untuk mengedukasi anak remaja: