Lihat ke Halaman Asli

Dengan Kenaikan Permukaan Air Laut, Apakah Pulau-pulau Kecil di Masa Depan Akan Tenggelam?

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13972041801635332031

Dewasa ini telah ada banyak laporan, perkiraan dan rencana aksi akibat dampak perubahan iklim terhadap pulau-pulau kecil (Birk , N.D.; Church, White, Hunter, & Lambeck, 2008; Kelman , 2006; Kelman & Gaillard, 2009). Lebih lanjut Church et al. (2008) mengatakan:

"Kenaikan permukaan laut adalah dampak utama perubahan iklim. Secara global, setidaknya puluhan juta orang yang hidup di kawasan pesisir mungkin harus menanggapi peristiwa banjir pada akhir abad ke-21”.

(komen: kalau banjir dari daratan, Jakarta mah ngalamin tiap taun yak. Atau banjir karena air pasang kaya di Semarang malah bisa tiap bulan. Nah tapi kalo yang ini banjir dari laut yang gak pernah surut, lebih parah lagi).

Ini akan menjadi masa depan yang suram terutama bagi masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil dengan elevasi daratan rendah. Pulau-pulau tersebut akan tenggelam dan penduduknya pindah ke tempat lain atau pulau sekitar yang lebih tinggi.

Tapi jangan khawatir, masa depan yang positif juga memungkinkan untuk dihadirkan. Meskipun menurut pendapat saya pribadi, ini harus dibuktikan dengan penelitian mendalam, namun dengan 3 mm pertahun prediksi kenaikan permukaan air laut (Church et al., 2008) dibandingkan dengan laju pertumbuhan karang 1 hingga 15 cm pertahun (Nybakken, 1988; Veron, 2000), terumbu karang dalam kondisi ideal tanpa ancaman – termasuk dampak pertambangan, destructive fishing dan peristiwa pemutihan karang – bisa menjadi salah satu harapan untuk mencegah tenggelamnya pulau-pulau kecil. Selain itu, kondisi sangat baik pada terumbu mendukung berlimpahnya ikan kakatua (Scaridae).

Kenapa ikan kakatua penting?

Kalau kita menyelam dan melihat segerombolan ikan kakatua yang seringkali buang kotoran persis kaya pesawat pemadam kebakaran. Kotoran itu sebenarnya sebagian besar adalah pasir dari hasil pencernaan ikan tersebut yang memakan karang keras. Keliatannya sedikit ya, tapi jika dihitung, satu ekor ikan kakatua bisa menghasilkan 90 kg per tahun pasir putih. Coba saja hitung jika ada satu kawanan ikan kakatua terdiri dari 100 ekor saja dan kalikan 10 tahun. Jadi ternyata ikan kakatua memiliki kontribusi yang signifikan dalam membangun pulau (Harold, Thurman & Webber, 1984).

Photo dari http://www.youtube.com/watch?v=I2lj4WuwtMU

Pertumbuhan karang dan penumpukan pasir putih ini juga ditunjukkan oleh teori Darwin dalam proses beratus-ratus tahun terbentuknya karang atoll, dimana tenggalamnya sebuah gunung dan pertumbuhan karang di sekelilingnya menghasilkan karang cincin hingga terbentuknya pulau-pulau kecil di atasnya.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa terumbu karang yang sehat pada sebuah pulau akan menyelamatkan pulau tersebut dari tenggalam akibat kenaikan permukaan air laut di masa depan. Inilah salah satu jawaban kenapa pelestarian terumbu karang penting dilakukan.

Jadi mungkin slogan kampanye di masa depan bukan terumbu karang lestari ikan berlimpah, tapi terumbu karang rusak pulau tenggelam :p

www.batuankrypton.wordpress.com

Pustaka

Birk, T. (N.D.). Small in a small island state: climate change adaptation andhuman security in the Solomon Islands. Department of Geography and Geology.  University of Copenhagen.

Church, A.J., White, N.J., Hunter, J.R., & Lambeck, K. (2008). Briefing: a post-IPCC AR4 update on sea-level rise. The Antartic Climate & Ecosystems Cooperative Research Centre.

Harold, V., Thurman, V. & Webber, H.H. (1984). Marine biology. Columbus Ohio: Bell and Howell Company.

Kelman, I. (2006). Island security and disaster diplomacy in the context of climate change. Les Cahiers de la Sécurité. vol. 63, pp. 61-94.

Kelman, I. & Gaillard, J.C. (2009). Islands of risk, islands of hope. Shima: The International Journal of Research into Island Cultures. Volume 3 Number 1.

Nybakken, J.W. (1988). Biologi laut. Suatu pendekatan ekologis (Alih bahasa oleh M. Eidman dkk). Jakarta: PT. Gramedia.

Veron, J.E.N. (2000). Corals of the world. M. Stafford-Smith (Ed.) Australian Institute of Marine Science, Townsville, Australia. 1382 p.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline