Lihat ke Halaman Asli

Merantau; Belajar Menghargai Perbedaan Tanpa Menciderai Prinsip Budaya Sendiri

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Merantau. Setelah hangat-hangat nya film dengan judul "merantau" yang diperankan oleh Iko Uwais, Kembali mengingatkan makna dari merantau tersebut. Dari bahasanya, banyak yang mengira bahwa masyarakat minangkabau yang sering "hobi" merantau. Bagaimana tidak, hampir di seluruh wilayah Indonesia 99% ditemukan masyarakat yang berasal dari minangkabau.

Sebenarnya, sejak dahulu kala, mungkin sejak zaman nabi Adam telah ada budaya merantau di masing-masing suku bangsa. Lihat saja, Hampir di seluruh dunia bisa dipastikan akan ditemui bangsa cina, mulai dari Indonesia sampai dengan amerika. tidak hanya bangsa cina, Bangsa eropa juga telah mengenal dan bahkan melaksanakan budaya merantau, Bagaimana tidak, Colombus yang merantau ke benua america, belum lagi dengan marcopolo dan yang lainnya. Bangsa Arab begitu juga, siapa yang tidak kenal dengan Ibnu Batutah dan bahkan hari dapat ditemukan etnis arab di daerah masing-masing. Dalam kisah-kisah dakwah Agama Islam juga bisa ditemui, budaya merantau juga diaplikasikan oleh Rasulullah Muhammad SAW, ketika Nabi Muhammad hijrah "merantau" dari mekkah ke madinah. Dan hari ini banyak ditemui makam sahabat-sahabat Rasulullah kebanyakan berada jauh dari kampung halamannya. Bisa dipastikan, budaya merantau tidak hanya dimiliki oleh masyarakat minangkabau saja, tetapi sudah menjadi fitrah dari masing-masing manusia di muka bumi dan menjadi fitrah bagi setiap suku bangsa di dunia. Merantau memang telah menjadi fitrah dari setiap manusia.

Sesuai dengan kata bijak dari Imam Syafii yang diambil dari Novel Negeri 5 Menara

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang

Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang

Aku melihat air menjadi rusak karena diamnya yang tertahan Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak ia akan keruh dan menggenang

Singa jika tak meninggalkan sarangnya tak akan mendapat mangsa

Anak panah jika tidak dilepaskan dari busurnya tak akan kena sasarannya

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus ia diam Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandangnya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline