Lihat ke Halaman Asli

Na... na... na... na...

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ke aku an dari saya kembali memaksa tuk bersenandung tentang mendung

lagi-lagi mengintip bintang itu dari bimbang sang kunang-kunang

tak akan bisa menyentuh dengan separuh rapuhku,hanya doa lirih tak lebih

na..na...na..na...cukuplah itu yang menyapa telinga,tawarkan dahaga sang pengelana

na..na..na..na....yang menjamah,membuai mesra angan,melumpuhkan akal

tak bisa pungkiri atau lari dari senyum yang terukir,walau umur menghardik sinis

tetaplah...na...na...na...di atas sana,beda itulah sinarmu,sederhana itulah mahkota mu

na...na....na....akan tetap jadi bait termerdu bagi kami

terimalah puji kami,dari bumi untuk langit

(hanya untaian kata tak beraturan, untuk 11218,salam jari kelingking)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline