Lihat ke Halaman Asli

Jazir Hamid

PLAT AB I Pelaku Wisata

Cerita Pilu Sang Buruh Batik

Diperbarui: 28 Mei 2020   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batik Lukis. Foto By #RyanRamadhan

Proses kerja pembatikan begitu rumit dan membutuhkan daya kreativitas dan kesabaran dari para pembuatnya. 

Batik tulis yang dikerjakan secara manual diawali dengan persiapan berupa pencorek-an atau penggambaran motif batik dengan pensil pada kain katun putih polos maupun media kain mor. 

Kemudian kain yang telah bermotif tersebut diberi lilin atau malam yang digoreskan dengan alat yang disebut canting sesuai motifnya . 

Tahap ini didisebut dengan ngenggreng, proses ini paling banyak menyita waktu dan tenaga, setiap pelekatan bentuk pada motif tertentu terkadang harus menggunakan satu tarikan nafas hingga tidak memberi bekas potongan-potongan bentuk yang kurang baik, atau dikenal dengan istilah mbleber. 

Pengalaman adalah modal para buruh menentukan hasil akhir dari proses ini. 

Proses selanjutnya adalah memberi isen-isen pada bidang kosong dalam motif. Isen-isen ini ada bermacam-macam bentuk isian, ada titik-titik (cecek) ada sisik melik, sawut, rik-rik dan masih banyak lagi bentuk isen-isen yang akan menjadikan batik lebih bernilai dan berkesan cantik. 

Proses selanjutnya adalah memberi warna pada kain dengan cara mencelup atau coletan yang dilanjutkan dengan menghilangkan lilin batik dengan mengerok atau melorod. Beberapa proses ini harus dikerjakan dengan telaten dan berkesinambungan agar menghasilkan kain batik yang berkualitas.

Perkembangan batik yang kian meng-global tampaknya tidak serta merta mensejahterakan pekerjanya, menjadi buruh batik masih terkesan jauh dari sejahtera, rumah berdinding kayu, bambu dan bata seadanya menjadi pemandangan yang umum. 

Awal stagnasi perkembangan hidup para buruh batik ini diawali oleh ketergantungan mereka terhadap pemberi order kerja atau perantara yang mengorganisir pekerjaan buruh dari pemesanan batik baik itu pengusaha, badan usaha, maupun perorangan yang berasal dari Yogyakarta, Bali hingga Sumatera. 

Proses pemesanan ini mengalami deformasi dari penyelenggara perantara order kerja diawali ketika terjadi persetujuan kerja sang perantara dengan pemesan, ia akan melanjutkan pesanan kepada para buruh berikut jumlah dan upah yang akan diberikan, namun sang perantara justru memanipulasi upah buruh dengan kesepakatan membeli batik yang telah selesai dikerjakan para buruh tersebut dengan harga sangat murah kemudian menjualkannya kembali kepada pemesan dengan harga lebih mahal, dari sini ia mendapatkan keuntungan tanpa perlu bersusah payah membatik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline