Kalimat demokrasi di Atas Kertas pertama kali dimunculkan oleh Ki Soetatmo Soerjokoesoemo dan Ki Hadjar Dewantara. Bahkan Ki Hadjar menulis sebuah buku dengan judul Demokrasi and Leidershaap.
Ki Hadjar sengaja tidak menggunakan istilah Demokrasi Terpimpin agar tidak sesat makna, namun "Leiderscahp" yang berarti pimpinan dari "Kebijaksanaan" yaitu nilai kebatinan di dalam hidup manusia yang menurut ajaran adab dianggap pusat gerak-gerak kejiwaan yang mengandung unsur-unsur benar dan adil. Dalam hal ini, Ki Hadjar juga menyebut filosofi Ki Soetatmo Sujokoesoemo yaitu,
- Kekuasaan dibatasi oleh keindahan
- Kekuasaan memuja cinta kasih
- Kebijaksanaan melihat keadilan dan kebenaran
Kini apa yang diucapkan oleh Ki Soetatmo di Bolksraad 1930 menjadi kenyataan, RAKYATKU RUSAK ! Sekat-sekat kehidupan semakin terbangun dan semakin menjauhkan rakyat pada semangat persatuan dan kesatuan. Padahal esensi kemerdekaan itu adalah bersatu untuk membangun kesejahteraan bersama. Pada saat yang sama para politisi bersenang-senang di gelanggang yang mengatasnamakan demokrasi namun justru semakin menjauhkan dari cita-cita bersama itu.
Demokrasi terpimpin yang mulai digaungkan oleh tokoh-tokoh Taman Siswa adalah demorasi yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan. Kekuasaan itu dibatasi oleh keindahan dan memuja cinta kasih sehingga kebijaksanaan itu melihat keadilan dan kebenaran. Itulah demokrasi terpimpin seperti tertuang dalam sila ke empat Pancasila. Jadi jangan misleading dengan demokrasi yang dipimpin atau guided democracy. Bukan, bukan itu ! Sila ke empat Pancasila sudah jelas mengenai hal itu dan tidak perlu dinterpretasikan salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H