Lihat ke Halaman Asli

Kembali ke Jakarta atau di Kampung saja?

Diperbarui: 2 Juni 2020   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

posberitakota.com

Di awal bulan Maret tahun 2020 dengan merebaknya virus corona di Indonesia, dan Jakarta sebagai episentrum atau pusat penyebaran virus corona tersebut, membuat banyak kekhawatiran oleh masyarakat Jakarta itu sendiri, sebagaimana kita ketahui Jakarta diisi oleh banyak macam penduduk multi suku dan etnis, yang tidak sedikit dari mereka berasal dari daerah atau pendatang.

Pandemi covid-19 ini memang memberikan gambaran baru bagi wajah Jakarta, pusat-pusat bisnis, perbelanjaan, hiburan, pariwisata, pendidikan, bahkan pemerintahan, sudah tidak berjalan normal dari biasanya bahkan infrastruktur-infrastruktur sudah tidak terlihat ramai lagi. Hal ini memang dampak dari kebijakan baik pemerintah pusat dan daerah. Dengan diperlakukannya physical distancing dan PSBB di hampir setiap wilayah guna mengurangi laju persebaran virus corona.

Dengan tidak berjalannya roda perekonomian di Jakarta memberikan efek negatif bagi mereka yang sedang mengadu nasib, tempat  dan lapak mereka mencari nafkah pun ikut terseret oleh pandemi ini, banyak yang harus gulung tikar, banyak juga yang harus berganti profesi walaupun penghasilannya pun tidak sesuai yang mereka harapkan. 

Mungkin bagi mereka yang terkena dampak langsung oleh pandemi ini akan menganggap Jakarta sudah tidak bersahabat lagi. Terlebih saat memasuki bulan Ramadhan, biasanya tingkat konsumsinya lebih tinggi dari hari lain dan akan lebih tinggi lagi menjelang hari raya Idul Fitri.

Besarnya biaya hidup dan semakin susahnya mendapatkan rejeki ditengah pandemi inilah yang membuat mereka ingin segera meninggalkan Jakarta, tidak salah memang mereka membuat keputusan ini, dan diperkuat oleh momentum Ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang mana kebersamaan dan silahturahmi menjadi semangat untuk mereka berkumpul dengan sanak saudara di kampung mereka masing-masing.

Pemerintah pusat maupun daerah tidak tinggal diam untuk mengurangi laju percerpatan virus corona, pesan "jangak mudik" mulai terdengar di awal bulan Ramadhan kali ini baik di media cetak maupun elektronik, memang pesan ini bukan sekedar isapan jempol belaka, pemerintah menyiapkan perangkat-perangkatnya untuk mencegah masyarakat yang ingin mudik, tidak sedikit yang kedapatan oleh aparat dan diminta untuk memutar balik dalam perjalanan mereka. 

Memang dirasa begitu tidak adil, dikala mereka kehilangan sumber mata pencaharian di Jakarta dan harus menetap, tetapi disisi lain kebutuhan ekonomi yang begitu membebankan mereka, ingin kembali pulang ke kampung halaman tapi tidak diberi ruang gerak, dilematis memang kondisi yang harus dihadapi dalam pandemi ini.

Tetapi dalam kenyataannya pengawasan oleh aparat-aparat tidaklah berjalan efektif, kadang dalam pelaksanaanya masih memberikan celah kepada pendatang untuk mudik, banyak yang akhirnya berhasil mudik, berkumpul dengan keluarga dikampug, dan merayakan hari raya Idul Fitri kali ini dengan penuh keprihatinan, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.

Jakarta tetaplah Jakarta, kota yang memberikan sejuta harapan dan mimpi bagi setiap orang, ditengah pandemi ini, Jakarta seolah-olah masih memanggilnya setiap orang untuk didatangi, Padahal Jakarta belum seluruhnya berstatus zona hijau. Bagi mereka yang masih mempunyai pekerjaan atau tempat tinggal mungkin masih masuk akal untuk kembali ke Jakarta, tapi bagi mereka yang sudah kehilangan pekerjaan, dan tinggal di tempat sewa, baik kost ataupun kontrakan, apakah bijak untuk kembali lagi ke Jakarta?

Sudah cukuplah Jakarta sebagai tujuan mencari nafkah untuk setiap orang didaerah, mungkin di daerah kita sendiripun mempunyai banyak potensi untuk kita bangun. Momen ini harus dipahami betul oleh pemerintah daerah dan masyarakatnya itu sendiri, guna membangun dan mengembangkan daerahnya masing-masing secara merata, kini waktunya pembangunan tidak lagi terpusat di Jakarta tetapi ada di daerah-daerah. 

Kita pasti ingin melihat Indonesia membangun secara adil dan merata, dan jangan jadikanlah Jakarta yang masih penuh tanda tanya   tempat untuk mengadu nasib bagi setiap pendantang terlebih lagi ditengah pandemi ini, Jakarta sudah terlalu sumpek dan sempit untuk kita tinggali, Tidak perlu ke Jakarta (lagi) karena masih banyak udara segar di kampung kita sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline