Lihat ke Halaman Asli

Hari Mangrove Sedunia: Urgensi Pengetahuan Mangrove bagi Masyarakat Indonesia

Diperbarui: 26 Juli 2023   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Basudara Daily (Alyssa Maulina Al Jonak Sitanggang)

Mangrove telah menjadi fondasi sekaligus saksi bisu dalam kehidupan ekosistem laut yang terus mengalami menyita banyak perhatian. Mangrove sedari dulu telah menjadi salah satu solusi efektif dalam mengatasi sejuta masalah lingkungan untuk menjaga ekosistem laut dan kehidupan manusia, terutama dalam krisis iklim saat ini.

Menurut Max Huxham, seorang Environmental Biologist, penanaman mangrove adalah respon terhadap apa yang kita hadapi dalam hal perubahan iklim. Karena mangrove adalah penyerap alami dari karbon yang ada di muka bumi (The Economist, 2020).

Sumber lain menyatakan bahwa mangrove berperan sebagai senjata utama dalam perang melawan krisis iklim (Kolb, 2016). Salah satu gejala krisis iklim yang dapat kita temui adalah naiknya permukaan laut. Disinilah mangrove menjadi “hero” dan solusi alami untuk melindungi dari kerusakan yang disebabkan oleh kenaikan permukaan laut tersebut. 

Para ahli memperkirakan bahwa ekosistem mangrove mencegah kerusakan properti senilai lebih dari $65 miliar dan mengurangi risiko banjir bagi sekitar 15 juta orang setiap tahun (Weeden, 2022). Rumah bagi populasi mangrove terbesar, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan angka 23% dari total mangrove di dunia (Lai, 2022. Luasnya mencapai sekitar 31.000 kilometer persegi hampir setara dengan luas provinsi Maluku Utara.

Sumber: Basudara Daily (Ilhamsyah Chaidir)

Intensnya peran mangrove dan kian nyatanya perubahan iklim, menginisiasi Basudara Daily mewawancarai Dita Hirama, personel sekaligus Sekretaris KeMANGTEER Jakarta untuk mengedukasi masyarakat terkait mangrove. Ada beberapa langkah strategis dan struktural yang perlu dilakukan untuk melestarikan hutan mangrove, terutama di daerah Jakarta. 

  1. Rehabilitasi
    Proses penanaman mangrove kembali dengan tanam sulam adalah salah satu kunci lestari bagi mangrove. Hal ini dilakukan sebagai cara untuk mengoptimalkan fungsi green belt atau sabuk hijau mangrove, yaitu sebagai pemecah tsunami dan habitat flora fauna. 

  2. Kolaborasi
    Langkah kolaborasi dilakukan dengan mengedepankan sikap persatuan dari setiap elemen masyarakat atau stakeholder untuk menggalakan aksi menanam mangrove. Menanam mangrove harus dilakukan sebagai trigger bagi setiap masyarakat dalam menyadari pentingnya peran mangrove yang diikuti dengan edukasi menyeluruh, terutama dalam lingkungan akademik. 

  3. Konservasi
    Sebagai policy maker, pemerintah harus lebih peduli dan tegas dalam melindungi hutan mangrove dan mengatur kebijakan yang menyebabkan adanya pembabatan hutan mangrove. Upaya dalam menanam mangrove sejatinya harus lebih banyak mendapatkan atensi dan implementasi nyata dari apa yang sudah dilakukan. Hal ini berkaca pada realitas bahwa krisis iklim terus bergulir, maka segala bentuk pencegahan dan perbaikan harus makin giat dilakukan. 

Langkah strategis dan struktural terkait aksi menanam mangrove adalah sebuah respons dan bukti nyata bahwa setiap dari masyarakat Indonesia perlu dan harus memelihara lingkungan, terutama ekosistem laut. 

Krisis iklim yang kian menunjukkan tanda-tanda dengan salah satunya kenaikan air laut sudah menjadi rambu peringatan agar setiap masyarakat tidak berdiam diri dan memahami urgensi dari penanaman mangrove ini.  Setiap masyarakat memiliki tanggung jawab dan peranan yang besar dalam menyelamatkan bumi dimulai dengan memahami dan ikut serta dalam melestarikan hutan mangrove kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline