Lihat ke Halaman Asli

Bertanam Cabe di Lahan Gambut

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

BERTANAM CABE DI LAHAN GAMBUT

Tanaman cabe merupakan tanaman hortikultur sayuran buah semusim,oleh sebagian masyarakat Indonesia menggunakan cabe sebagai penyedap masakan, dan penghangat badan, maka tanaman cabe dikenal dengan sayuran rempah dan bumbu dapur.

Berbagai difersifikasi pengolahan hasil tanaman cabe, cabe diolah berbagai bentuk seperti cabe bubuk, saus cabe, cabe kering, untuk masakan-masakan pedas dan lain sebagainya,

Untuk itu komoditi cabe harus selalu tersedia di pasar meskipun terjadi fluktuasi harga karena harga tiba-tiba menurun ketika komoditi di pasar melimpah tapi permintaan berkurang, terutama pada saat sebelum lebaran sampai lebaran idul fitri, idul adha, tahun baru dan sebagainya. Budidaya cabe harus di usahakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Untuk membudidayakan tanaman cabe tidak diperlukan sutu hamparan yang luas, tetapi tanaman cabe dapat dibudidayakan di pematang-pematang sawah atau di pinggir jalan pada areal persawahan. Seperti yang dilakukan oleh petani desa Danau Kedap Kabupaten Muaro Jambi.

Cara bercocok tanam yang dilakukan oleh petani tersebut dilakukan dengan cara tradisional, karena kondisi lahan yang memang tidak memungkinkan menggunakan teknologi pertanian misalnya dalam pengolahan tanah,

Disamping itu tanaman cabe merupakan tanaman yang mudah untuk dipelihara, apalagi dalam jumlah yang sedikit, dan ditanam diantara tanaman lain, sehingga hama dan penyakit sulit berkembang., karena tanaman tidak diusahan secara monokultur.

Meskipun tanaman cabe diusahakan sebagai komoditi sampingan tetapi hasil/komoditi yang diperoleh dapat memenuhi kebutuhan hidup petani akan buah cabe dan sebagian dapat di pasarkan oleh petani sehingga dapat menambah input atau pendapatan petani.

Untuk mengetahui teknik Budidaya tanaman cabe di lahan rawa lebak, sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan petani dan memenuhi kebutuhan pasar akan komoditi cabe,dapat digunakan sebagai acuan untuk teknik-teknik budidaya cabe pada lahan rawa lain yang bermasalah seperti lahan rawa gambut.

Tanah gambut sebenarnya merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bila ditinjau dari jumlah pori-pori yang berkaitan dengan pertukaran oksigen untuk pertumbuhan akar tanaman. Kapasitas memegang air yang tinggi daripada tanah mineral menyebabkan tanaman bisa berkembang lebih cepat. Akan tetapi dengan keberadaan sifat inheren yang lain seperti kemasaman yang tinggi, kejenuhan basa yang rendah dan miskin unsur hara baik mikro maupun makro menyebabkan tanah gambut digolongkan sebagai tanah marginal (Limin et al, 2000). Untuk itulah perlunya usaha untuk mengelola tanah tersebut dengan semestinya.

1. Pembakaran

Pembakaran merupakan cara tradisional yang sering dilakukan petani untuk menurunkan tingkat kemasaman tanah gambut. Terjadinya pembakaran bahan organik menjadi abu berakibat penghancuran tanah serta menurunkan permukaan tanah. Pembakaran berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman pada tahun pertama dan meningkatkan serapan P tanaman, namun akan menurunkan serapan Ca dan Mg (Mawardi et al, 2001).

2. Bahan pembenah tanah

Pemberian pupuk dan amandemen dalam komposisi dan takaran yang tepat dapat mengatasi masalah keharaan dan kemasaman tanah gambut. Unsur hara yang umumnya perlu ditambahkan dalam bentuk pupuk adalah N, P, K, Ca, Mg serta sejumlah unsur hara mikro terutama Cu, Zn dan Mo. Pemberian Cu diduga lebih efektif melalui daun (foliar spray) karena sifat sematannya yang sangat kuat pada gambut, kurang mobil dalam tanaman dan kelarutan yang menurun ketika terjadi peningkatan pH akibat penggenangan. Sebagai amandemen, abu hasil pembakaran gambut itu sendiri akan berpengaruh menurunkan kemasaman tanah, memasok unsur hara dan mempercepat pembentukan lapis olah yang lebih baik sifat fisikanya (Radjagukguk, 1990).

Di Sumatera Barat ditemukan bahan amelioran baru Harzburgite yang defositnya cukup besar dan kandungan Mg yang tinggi (27,21 – 32,07% MgO) yang merupakan bahan potensial untuk ameliorasi lahan gambut (Mawardi et al, 2001).

Pupuk kandang khususnya kotoran ayam dibandingkan dengan kotoran ternak yang lainnya mengandung beberapa unsur hara makro dan mikro tertentu dalam jumlah yang banyak. Kejenuhan basanya tinggi, tetapi kapasitas tukar kation rendah. Kotoran ayam, dalam melepaskan haranya berlangsung secara bertahap dan lama. Tampaknya, pemberian kotoran ayam memungkinkan untuk memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah gambut. Pada jagung manis, pemberian kotoran ayam sampai 14 ton/ha pada tanah gambut pedalaman bereng bengkel dapat meningkatkan jumlah tongkol (Limin, 1992 dalam Darung et al, 2001).

Potensi pengembangan pertanian pada lahan gambut, disamping faktor kesuburan alami gambut juga sangat ditentukan oleh tingkat manajemen usaha tani yang akan diterapkan. Pada pengelolaan lahan gambut pada tingkat petani, dengan pengelolaan usaha tani termasuk tingkat rendah (low inputs) sampai sedang (medium inputs), akan berbeda dengan produktivitas lahan dengan tingkat manajemen tinggi yang dikerjakan oleh swasta atau perusahaan besar (Subagyo et al, 1996)

Dengan manajemen tingkat sedang (Abdurachman dan Suriadikarta, 2000), yaitu perbaikan tanah dengan penggunaan input yang terjangkau oleh petani seperti pengolahan tanah, tata air mikro, pemupukan, pengapuran dan pemberantasan hama dan penyakit, potensi pengembangan lahan gambut untuk pertanian

Teknis Bertanam

Untuk menghindari penurunan permukaan tanah (subsidence) tanah gambut melalui oksidasi biokimia, permukaan tanah harus dipertahankan agar tidak gundul. Beberapa vegetasi seperti halnya rumput-rumputan atau leguminose dapat dibiarkan untuk tumbuh disekeliling tanaman kecuali pada lubang tanam pokok seperti halnya pada budidaya cabai. Beberapa jenis legume menjalar seperti Canavalia maritima dapat tumbuh dengan unsur hara minimum (Singh, 1986) dan menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap kemasaman.

Pembakaran seperti yang dilakukan pada perkebunan nanas harus mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kebakaran lingkungan sekitarnya. Akan lebih baik bila penyiangan terhadap gula dikembalikan lagi ke dalam tanah (dibenamkan) yang akan berfungsi sebagai kompos sehingga selain bisa memberikan tambahan hara juga dapat membantu mempertahankan penurunan permukaan tanah melalui subsidence (Ambak dan Melling, 2000).

Untuk tanaman hortikultura, pembakaran seresah bisa dilakukan pada tempat yang khusus dengan ukuran 3 X 4 m. Dasar tempat pembakaran diberi lapisan tanah mineral/liat setebal 20 cm dan sekelilingnya dibuat saluran selebar 30 cm. Kedalaman saluran disesuaikan dengan kedalaman air tanah dan ketinggian air dipertahankan 20 cm dari permukaan tanah agar gambut tetap cukup basah. Ini dimaksudkan agar pada waktu pembakaran, api tidak menyebar Ardjakusuma et al (2001).

Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" kesepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai.

Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabe cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang air ; pH tanah yang ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - April).

Untuk memperoleh harga cabe yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun ada resiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit . Buah cabe yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya: Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabe (300-500 gr biji).

Klasifikasi Tanaman dan Sifat Botani

1. Sejarah Persebaran

Tanaman cabe berasal dari meksiko, kemudian menyebar ke Eropa pada abad ke 15. pada abad ke 8 tanaman cabe sudah mulai dikenal.Di Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Kini telah menyebar ke berbagai negara tropik, terutama di Asia, Afrika Tropik, Amerika Selatan, dan Karibia. Di Indonesia, tanaan cabe tersebar luas di berbagai daerah, tetapi sebagai pusat penyebaran penting ialah Purworejo, Kabumen, Tegal, Pekalongan, Pati, Padang, Bengkulu dan lain sebagainya. Di Sumatera Barat, penggunaan sambal dalam makanan sehari-hari tidak pernah ketinggalan. Masakan Padang yang terkenal pedasnya menyebar ke mana-mana (Hendro Sunaryo, 1989).

2.2. Syarat Tumbuh

a. Tanah

Semua jenis tanaman dan termasuk tanaman cabe dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila situasi daerah dan alam sekitar itu sesuai dengan yang dikehendaki oleh tanaman tersebut (Suwito M, 1988).dilanjutkan pernyataan oleh Hendro Sunarsono (1989) di dataran tinggi sampai pada ketinggian 1500 m dpl (di atas permukaan laut), tanaman cabe masih tumbuh dan berbuah baik. Di dataran tinggi tanaman cabe mudah diserang oleh penyakit daun dan batang, terutama apabila iklim lembab dan berkabut.

PH tanah yang baik anatara 5½-6½ . namun tanaman cabe toleran terhadap tanah masam yang pH-nya kurang dari 5, hanya berbuahnya kurang lebat dan tumbuhnya agak kerdil (Hendro Sunaryo, 1989).

Tanah yang subur, yang banyak mengandung humus (bahan organik), lapisan bunga tanahnya tebal adalah sangat cocok untuk tanaman cabe. Hal ini karena siste perakarannya luas dan agak dalam (Hendro Sunaryo, 1989).

b. Iklim

Menurut Hendro Sunaryo (1989) Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabe berkisar antara 600-1200 mm per tahun. walaupun demikian, apabila pada waktu berbunga tanamn kekurangan air, banyak bunga yang gugur, tidak mampu menjadi buah. Dari itu di daerah yang beriklim kering dan di tegalan yang tidak mendapat sumber pengairan, cabe terpaksa harus ditanam menjelang awal musim penghujan, walaupun produksinya lebih rendah. Tanaman cabe lebih senang di tanam di lahan yang terbuka (tidak terlindungi).

c. Suhu Udara

Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan dan pembuahan tanaman cabe berkisar antara 21o-28o C. suhu harian yang terlalu terik, yakni di atas 32oC menyebabkan tepung sarinya tidak berfungsi, sehingga produksinya rendah. Demikian pula malam yang dingin dapat menyebabkan pembuahannya rendah (Hendro Sunaryo, 1989).

2.3 Budidaya Cabe

Dalam melakukan kegiatan budidaya cabe dilakukan tahap-tahap budidya, Hendro Sunaryo (1989) menyatakan tahap-tahap budidaya adalah sebagai berikut :

a. Persiapan Tanah

Setelah dipilih tanaman yang akan di tanami cabe, diperiksa kesuburan tanah dan pH tanah tersebut, kemudian tanah di traktor, dibajak atau dicangkulk dalam + 30 cm. pengerjaan tanah sebaiknya dilakukan sewaktu keadaan kering, sehingga tidak lengket dan supaya tanah tersebut menjadi bergumpal. Rumput atau akatr alang-alang yang ada dibersihkan dengan mengangkat dari kebun. Selanjutnya diberi pupuk kandang sebanyak 10-20 ton/ha kotoran kerbau/sapi yang telah jadi, dengan jalan ditaburkan merata.

Beberapa hari menjelang tanam, tanah diratakan sambil pupuknya diaduk-aduk merata dengan cangkul. Apabila pada waktu hujan tanah dibuat bedengan bergantung pada keadaan. Dengan pembuatan bedengan ini drainasenya akan baik.

Pengerjaan tanah untuk persemaian dilakukan lebih halus, dan pupuk keadaannya lebih banyak, yakni dengan perbandingan 1 : 1 atau 1 :2 bergantung pada struktur tanah. Pada tanah berat, pupuk kandang diberikan lebih banyak dari pada tanah ringan (andosol). Pada musim kemarau yang terik, persemaian itu sebaiknya diberi naungan dengan atap jerami kering atau kirai. Atap dipasang menghadap ke timur supaya sinar matahari cukup menyinari tempat persemaian sehingga tidak terlalu lembab (basah). Apabila pengerjaan tanah yang kurang baik, menyebabkan aerasi jelek dan kondisi tanahnya becek, akibatnya tanaman mudah terserang penyakit layu dan damping off.

b. Persemaian

Biji cabe disemai dalam garitan di tempat persemaian yang telah dipersiapkan, pada jarak garitan + 5 cm. penaburan biji dilakukan hati-hati supaya tidak tumpang tindih berdesakan, kemudian ditutupi tanah tipis , setelah itu, biji disiram perlahan-lahan dengan emrad supaya biji tersebut tidak terpelanting akibat pukulan air siraman.

c. Penanaman

- Umur bibit dipindahkan ke lahan kebun yang telah disiapkan dua minggu sebelumnya. Pada umur + 6 minggu setelah tabur. Tetapi tampaknya umur bibit dipindahkan ke kebun sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan cabe.

- Jarak tanam dan penanaman dianjurkan 40X(60-80) cm. pada cabe rawit, jarak tanam dapat diperlebar, yakni 50X70 cm atau 50X80 cm, karena cabangnya banyak dan cenderung mendatar. Bibit ditanam di dalam lubang-lubang kecil yang dibuat dengan kored atau tangan.

d. Pemupukan

- Pupuk organik

Pupuk organik ini dapat berupa pupuk kandang atau kotoran hewan, kompos atau busukan daun-daun, sisa-sisa tanaman lainnya, serta pupuk hijau seperti Crotolaria, Tephrosia, turi dan tanaman leguminosa lainnya.

-pupuk buatan

Pupuk buatan atau pupuk pabrik dapat diberikan kepada tanamn melalui dua cara, ialah melalui tanah dan melalui daun (pupuk daun). Pupuk buatan yang biasa digunakan ialah N,P dan K. sebagai sumber pupuk N digunakan ialah Urea, sebagai sumber pupuk P digunakan DS atau TSP, sebagai pupuk K digunakan ZK dan KCL.

E. Pendangiran

Pendangiran dilakukan dengan maksud untuk menggemburkan tanah yang telah menjadi padat akibat pukulan air hujan atau siraman dan menghilangkan rumput jahat (gulam) yang tumbuh di bawah tanaman cabe. Pendangiran itu biasanya dilakukan dua kali selama pertumbuhan. Setelah pendangiran dapat dilanjutkan dengan pemberian pupuk buatan.

f. Pengairan

Di atas telah dikatakan bahwa pada waktu berbungan tanaman cabe memerlukan banyak air, tetapi tidak senang terhadap curah hujan lebat. Hujan lebat yang terjadi pada waktu tanam sampai umur 1 bulan dapat menyebabkan tumbuhan kedil, sedangkan hujan lebat pada waktu berbunga menyebabkan bunga berguguran dan sedikit menjadi buah.

g. Pemberantasan Hama dan Penyakit

pemberantasan hama dan penyakit pada budidaya cabe merupakan salah satu pemeliharaan tanaman yang cukup penting. Banyak jenis hama serangga dan kutu daun yang sangat membahayakan kesehatan, dan bahkan dapat menggagalakan pembuahan.

Demikian pula banyaknya jenis penyakit yang mengancam tanaman, terutama pada buah cabe sebelum tua. Keguguran buah cabe sering terjadi karena kombinasi serangan hama dan penyakit, akibat produksi buah menjadi rendah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline