Lihat ke Halaman Asli

Revolusi Mentalnya Jokowi Adalah Pemikiran Komunis

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1404566008453808962

Kira-kira begitulah tuduhan yang dialamatkan oleh para pendukung dari lawan Pak Jokowi di pemilihan presiden 2014. Fadhli Zon, yang pertama kali melontarkan hal tersebut, dan dikuatkan Kivlan Zein, serta berbagai media pendukungnya seperti TV O*e, Obor Rakyat, dan tentu saja VOA Islam.

Sebelum melanjutkan membaca tulisan ini, saya harap teman-teman membuka dulu link berikut:

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/10/1603015/Revolusi.Mental

Link tersebut merupakan tulisan Ir. Joko Widodo, beliau memaparkan Revolusi Mental-nya.

Saya tidak mengerti, di bagian mana-kah dari Revolusi Mental Pak Jokowi yang mengandung nilai-nilai komunisme? Coba sebut satu bagian dari tulisan Pak Jokowi tersebut yang bernilai komunisme. Saya rasa tidak ada. Tapi benar adanya kalau Revolusi Mental tersebut bernilai sosialisme.

Nilai sosialisme tersebut tercemin dari keinginan Pak Joko Widodo menciptakan sebuah bangsa yang mandiri, dan dapat memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, berdiri di atas kaki sendiri, dan konsep berdikari itu dimulai dari setiap individunya, alias kita sendiri. Dan tidak ada yang salah dari konsep sosialisme, hal tersebut tidak melanggar konstitusi kita, karena termaktub dalam sila kelima, yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.”

Dan nilai-nilai ini merupakan nilai-nilai yang dianut oleh para pendiri bangsa kita, namun dengan penafsiran yang berbeda. Jika Bung Karno percaya bahwa self-sufficient state harus ditempuh melalui pandangan Marhaenisme-nya, Bung Hatta berpandangan self-sufficient state ini harus ditempuh dengan pandanganya yang Koperasionis. Seperti kita tahu tujuan dari koperasi adalah menciptakan individu-individu yang mandiri dalam memenuhi kehidupannya, dan melindungi setiap individu dari para kaum kapitalis (konsep ini lahir di Inggris, oleh pemikiran Robert Owen).

Pertanyaan berikutnya, apakah berpandangan sosialis artinya komunis? Bukan, tentu saja bukan. Komunis sudah pasti sosialis, namun sosialis belum tentu komunis. Banyak negara yang dibangun berdasarkan asas sosialisme seperti negara-negara di Skandinavia dan Jerman merupakan negara-negara sosialis, berasaskan koperasi. Namun apakah mereka komunis? Tidak, negara-negara ini bukan negara komunis, hak-hak individu dilindungi, rakyat berkembang bersama koperasi. Bahkan banyak koperasi yang sudah mendunia seperti Nokia, Ace Hardware, dan Rabobank.

Jadi kalaupun Revolusi Mental berpandangan sosialis, hal tersebut tidak membahayakan konstitusi kita, justru mengembalikan cita-cita pendiri negara ini. Dan sekali lagi bukan komunis.

Di dalam Revolusi Mental tidak ada kata-kata yang menjurus pada ekonomi yang ter-sentral kepada negara. Tidak ada juga kata-kata anti agama seperti yang dituduh VOA Islam. Justru lebih dalam lagi revolusi mental berbicara tentang me-revitalisasi nilai-nilai luhur dari para leluhur bangsa ini, serta bagaimana kita hidup secara harmonis di dalam berbangsa dan bernegara, dengan segala perbedaannya.

Apakah hal-hal tersebut pernah kita lihat dalam sebuah pemerintahan komunis? Tentu kita ingat bagaiama pemerintahan komunis Tiongkok mem-bredel dan melarang nilai-nilai luhur dari leluhur bangsa Tiongkok yang telah dianut bangsa tersebut selama ribuan tahun, dan mengganti nilai-nilai tersebut dengan nilai-nilai yang digariskan Karl-Marx dan disempurnakan Mao Tse Tung dalam Revolusi Budaya-nya.

Apakah kita pernah melihat, dalam sebuah negara komunis pemerintahnya menjaga keberagaman untuk menciptakan kehidupan bernegara yang harmonis? Tidak, negara justru menciptakan ketertiban melalui penyeragaman.

Jadi bisa dibilang Revolusi Mental Jokowi sangat-sangatlah jauh dari nilai-nilai komunisme. Menuduh Revolusi Mental sebagai pemikiran komunis, tidak hanya sebuah fitnah yang keji, tetapi juga menyakiti mimpi para pendiri bangsa ini. Karena sesungguhnya Revolusi Mental Jokowi sangat mirip dengan apa yang diimpikan oleh para pendiri bangsa ini. Entah ini Bung Hatta yang berpikiran Koperasionis atau Bung Karno yang berpikiran Marhaenis, namun pada intinya menciptakan negara yang berdikari, memiliki mental yang baik, serta hidup dalam indahnya keberagaman yang dimiliki Indonesia.

Untuk mencapai cita-cita tersebut, saya mendukung penuh Pak Joko Widodo dan Pak Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 2014. Semoga Tuhan menyertai mereka berdua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline