Lihat ke Halaman Asli

Dr.Dr.Basrowi.SE.ME.MPd.PhD

Pengamat adm bisnis Alumni S3 Unair, Alumni S3 UPI YAI Jakarta, S3 Asia e University

Kontestasi Islam pada Masyarakat Pesisir

Diperbarui: 6 Juni 2020   05:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: KOMPAS

Lokus tulisan ini adalah masyarakat pesisir selatan Kedu. Daerah ini sering juga dijuluki daerah Urut Sewu. Di daerah ini, Islam sesungguhnya telah berkembang lama, akan tetapi perkembangannya tidak stabil, terkadang sangat gencar, terkadang sebaliknya. Semuanya sangat tergantung keseriusan tokoh yang mengkomandoi.

Hingga saat ini, masyarakat penganut Islam di pesisir selatan Kabupaten Purworejo sudah sangat banyak. Akan tetapi masih banyak juga yang percaya dengan animisme dan dinamisme. 

Masyarakat yang demikian, menyebut dirinya sebagai masyarakat abangan atau Islam kejawen. Islam kejawen dicirikan banyaknya pesta komunal di sekitar slametan dan ritual seperti larungan, wayangan, sesajian, dan lain-lain.   

Mereka percaya dengan makam tua (pepunden), petilasan sesepuh desa, batu keramat, tugu tua, sumur keramat, pohon keramat, Nyi Roro Kidul, hari Keramat, sesajen, pusaka tua, selamatan, dan berbagai hal yang bermau mistik.

Jumlah gendera abang (wong abangan) masih tetap saja banyak. Gendera abang yang sudah mau ke masjid meskipun hanya pada hari jumat (Jumatan), atau hari raya (dua shalat 'ied), termasuk setiap ada kegiatan keagamaan di Masjid, disebut sebagai wong kedhusan (sedikit 'mambu' agama). 

Tiga Faktor Dominan

Islamisasi yang terjadi di sana lebih dipengaruhi oleh tiga faktor dominan yaitu sosial, ekonomi, dan politik.

Faktor sosial lebih terlihat dari berbagai upaya para Kyai, Ustadz, mubaligh muslim, pen-tabligh, dan para pemuda asli daerah yang sudah pulang dari pesantren.

Faktor ekonomi lebih telihat dari semakin makmurnya petani 'tanah pasir' akibat kemajuan teknologi pertanian yang berhasil diaplikasikan oleh masyarakat pesisir dalam melakukan perubahan jenis tanaman dari tebu menjadi semangka, papaya Thailand dan Calivornia, melon, cabe merah rawit dan keriting, kacang panjang, sawi, kacang tanah, jagung pioner dua tongkol, terong pentil, dan berbagai tanaman produktif lainnya. 

Dengan semakin makmurnya masyarakat, menyebabkan semakin banyaknya masyarakat yang mengundang Kyai, mubaligh, dan penceramah untuk 'manggung'  di sana. Faktor ekonomi juga menjadi penyebab semakin banyaknya masjid dan Taman Pendidikan Alqur'an (TPQ/TPA) yang didirikan oleh masyarakat di sana. 

Faktor politik lebih terlihat dari banyaknya partai berhaluan Islam yang mengembangkan sayapnya hingga pesisir yang juga membantu proses islamisasi di sana. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline