Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa dalam Pusaran Idealis Utopis dan Realis Pragmatis

Diperbarui: 8 Mei 2023   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fgoodstats.id%2Farticle%2Fterjadi-peningkatan-intip-jumlah-mahasiswa-di-indonesia-dari-tahun-ke-tahun

Kurang-lebih sama seperti usia Indonesia, istilah mahasiswa sudah menjadi kuda hitam dalam papan catur politik negara sejak awal muncul. Berbagai sumbangsih pemikiran dan pergerakan jalanan telah membawa eksistensi mahasiswa pada titik yang paling diperhitungkan.

Sedikit-banyak, senior-senior di kampus selalu mencekoki mahasiswa baru dengan cerita heroik mahasiswa dalam kumpulan episode. Episode pertama membahas mengenai pergerakan nasional dari Boedi Oetomo, Sarekat Islam, sampai Sumpah Pemuda I maupun II.

Episode kedua menceritakan Soe Hok Gie dan Gelombang Tritura. Sementara episode puncak yang menjadi epilog dari bualan senior di kampus adalah terkait reformasi yang diawarnai aksi dan korban mati.

Seperti itulah gambaran kampus sekarang. Nyatanya kehidupan kampus memang didominasi oleh senior-senior haus akan kredit eksistensi, kaderisasi, dan atensi mahasiswa baru menjadi santapan nikmat untuk dibawa kepada dua pilihan menjadi idealis atau realis-pragmatis.

Tak ayal kadang muncul gelombang penolakan dari kelompok yang menamai diri sebagai golongan netral. "Aneh, jadi mahasiswa kok netral-netralan," begitulah ungkapan Najwa Shihab kepada golongan tersebut.

Ya, golongan yang dianggap tidak berani mendominasi pikiran terhadap pilihan, entah menjadi idealis seperti kebanyakan senior aktivis kampus, atau menjadi skeptis terhadap organisasi dan lebih cenderung menuruti setiap perintah dosen, senior, karyawan layanan kelas guna mendapat kesempatan nilai A (realis).

Padahal merupakan sebuah kesempatan menjadi mahasiswa, untuk bertindak merdeka dan sebebas-bebasnya. Sebab menjadi mahasiswa sama halnya sebagai seorang alim, suci yang berperilaku layaknya nabi. Bukannya memberi pemahaman dan kuliah jalanan terhadap kelompok tertindas sama halnya seperti Nabi?

Sebab mahasiswa itu tugasnya, ya, mengabdi kepada masyarakat tertindas. Ingatkan soal tusi (tugas dan fungsi) mahasiswa---agent of chance, social control, iron stock, guardian of value, moral force---semua nabi dan rasul sejatinya mempunyai lima tugas itu yang akan dibawa kepada kaum kaum durhaka nan serakah.

Lantas mengapa mahasiswa masih bersifat siswa yang harus dibina? secara ia merupakan simbol perlawanan kaum tertindas, sudah saatnya bersikap menjadi idealis yang heroik, atau realis yang pragmatis.

Benarkah Idealisme Mahasiswa Merupakan Harta Terakhir yang Dimiliki

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline