Lihat ke Halaman Asli

Basril Tarigan

Simple writer, big dreams.

Memaknai Paskah dari Tanah Pasundan (Kristus, Bunda Teresa dan Aku)

Diperbarui: 20 April 2019   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunda teresa, sumber foto: mangthuvien.net

Tuhan Yesus merupakan tokoh sentral bagi umat kristiani. Segala sesuatu yang Ia lakukan adalah teladan bagi umat kristiani.

Kematian Kristus di kayu merupakam wujud kasih terbesar dalam iman umat kristiani. Yesus mengorbankan Diri-Nya agar setiap yang percaya beroleh pengampunan. Serta kebangkitan-Nya dari maut membuktikan, apa yang Ia katakan Ia lakukan.
Kematian Kristus bukan hanya saja bagi kaum Yahudi saja, tapi bagi setiap orang yang percaya pada-Nya. Jika mengaku percaya maka haruslah meneladani kasih yang telah ditunjukkan oleh Kristus.
Bunda Teresa (1910-1997) adalah tokoh kristiani yang sangat populer, ia merupakan seorang biarawati Katolik Roma, pendiri Missionaries of Charity (MC) di Kalkuta, India, pada Tahun 1950. Selama lebih dari 47 tahun ia melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat,  sementara ia membimbing ekspansi MC pertama di seluruh India kemudian beberapa negara lain.
Pada tahun 1952, Bunda Teresa membuka Home for the Dying pertama diatas lahan yang disediakan oleh kota Kalkuta. Dengan bantuan pejabat India, ia mengubah sebuah kuil Hindu yang ditinggalkan menjadi Kalighat Home for the Dying, sebuah rumah sakit gratis untuk orang miskin. Mereka yang dibawa ke rumah tersebut menerima perhatian medis dan diberikan kesempatan untuk meninggal dalam kemuliaan, menurut ritual keyakinan mereka; Muslim membaca Al-Quran, Hindu menerima air dari sungai Gangga, dan Katolik menerima Ritus Terakhir [1]
Hal diatas merupakan salah satu dari sekian contoh makna kasih yang ditunjukkan Bunda Teresa bukan hanya perkataan tapi tindakan juga. Ia membantu orang tanpa melihat latar belakang. Kasih yang mengalir keluar dari hatinya begitu kuat telah melompati tembok keagamaannya.
Dan aku, seorang anak kampung, dari desa di bawah gunung Sinabung, Kabupaten Karo. Sekarang aku tinggal di tanah Pasundan. Sepertinya belum ada kebaikan yang berdampak yang pernah kubuat untuk sekitarku.
Mungkin tulisan ini, sedikit hal yang bisa kubagikan. Walau sedikit semoga bermanfaat. 
Pesan paskah yang ingin ku sampaikan ialah bersyukurlah, dengan bersyukur akan diikuti perbuatan yang baik.
Bila tahun ini belum ada kebaikan spektakuler yang engkau alami, maka lihatlah pada hal yang lebih sederhana.
Misalnya, Dibalik sayur dan buah yang ku nikmati ada jasa petani, yang menahankan panas terik matahari bekerja di ladang mereka. Dibalik ikan yang ku santap, ada nelayan yang bekerja saat malam tiba. Kita tidak pernah tahu siapa nama mereka, apa suku atau agamanya.
Jika menyadari hal demikian maka akan lebih menghargai siapapun, sebab telah banyak sekali orang yang berkontribusi dalam kehidupan kita. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Tanpa ada pengrajin yang membuat tempat tidur, tidak bisa menukar uang dengan tempat tidur yang empuk. Sekalipun kita memiliki uang segunung.
Tanpa ada petani yang berjerih lelah di sawah mereka, engkau tidak akan pernah bisa menukarkan uangmu dengan beras hasil panen mereka.
Paling tidak, rumah tempatmu berlindung dari angin malam dan hujan, keringat seorang kuli bangunanlah yang engkau nikmati.
Dengan memahami hal ini, kita tahu sekarang peran orang lain dalam kehidupan kita sangat penting. Berbagi kasihlah senantiasa dan yang terutama ialah bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik bahwasanya untuk selama-lamanya.

Selamat menjelang perayaan Paskah.


Sumber :
[1] wikipedia.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline