Sekira dua pekan lalu. Gedung Bareskrim Mabes Polri ramai-- para jurnalis berbagai media. Mereka menunggu Marshel Widianto. Seorang komika kawakan tanah air. Yang terjerembab dugaan kasus pornografi. Karena membeli konten-- Dea Onlyfans.
Marshel tiba sekitar pukul 10 pagi waktu Jakarta. Marshel tampak santai. Seperti tidak ada beban sama sekali. Walau hampir seluruh mata tertuju kepadanya.
Marshel menggunakan kaos oblong-- warna hitam. Di tengahnya terdampak gambar. Sebuah ilustrasi-- tangan dikepal. Itu semiotic sepertinya-- Marshel melawan. Rambutnya kriting terjuntai sebahu. Masker warna putih. Beberapa orang terlihat mendampingi. Salah satunya seorang pria berkepala plontos.
Sejumlah wartawan lalu menodong pertanyaan. Tapi Marshel tetap santai. Tidak terpancing dengan sejumlah pertanyaan. Bahkan, Marshel tetap tenang. Sempat tertubruk kamera wartawan. Lalu sebuah kalimat keluar dari mulutnya. Kalimat cukup menohok. "Gue ga apa-apa anying"-- headline di media. Wkwkwk
Setelah itu, Marshel bungkam. Tidak menjawab lagi. Tidak berkomentar lagi. Marshel tetap berjalan ke depan. Cukup pelan. Masih dalam kerumunan wartawan. Kilatan foto. Sorotan kamera video. Tidak terhindarkan. Marshel tidak menggubris.
Usai menjalani pemeriksaan. Barulah Marshel buka mulut. Lebar-lebar. Tentang kenapa dirinya membeli video Dea. Termasuk sempat curhat. Tentang tadi ketika hendak turun dari mobil. Dengan ekspresi santai. Marshel mengaku dirinya didorong-dorong. Kalimat itu lalu membuat sejumlah wartawan tertawa.
Seperti sedang stand up. Di depan para wartawan. Sambil tertawa, dirinya menjawab sejumlah pertanyaan. Dan disitulah terungkap. Marshel mengakui membeli video Dea. Tapi untuk konsumsi pribadi. Marshel juga bercerita tentang dirinya. Ketika menjelaskan pertanyaan inisial M kepada Ibunya.
Katanya, ketika ditanya oleh sang Ibu. Marshel menjawab jika inisial M itu adalah Mandra. Cerita sontak membuat orang tertawa. Tidak terkecuali Marshel sendiri. "Bercanda, bercanda". Ya, Marshel ngejokes. Itu menghibur. Meski begitu. Marshel tidak lupa minta maaf. Jika dirinya dinilai membuat gaduh.
Marshel mengaku mengenal Dea. Melalui sebuah podcast. Lalu mencoba mencari kontak. Kemudian dapat, lalu dihubungi. Diceritakanlah jika Dea sedang tidak baik-baik. Marshel bahkan mengaku jika Dea ingin bunuh diri. Tapi kemudian ditenangkan. Hingga melewati masa suram itu.
Tentu itu hal baik dari Marshel. Sayang tidak tercover. Rasa-rasanya, orang-orang terlampau terhibur. Oleh otak mesum Marshel-- lebih mudah diputar. Kita semua tahu. Ruang gelap itu begitu tertutup. Sulit untuk mengakuinya. Rasa-rasanya begitu kan. Coba tanya ke diri.