Peta kekuatan yang akan bertarung pada Pemilihan Presiden (Pilres) 2019 mendatang tidak lagi fiksi. Semua sudah terang benderang. Dimana Joko Widodo (Jokowi) sebagai petahana akan kembali berduel dengan Prabowo Subianto yang tak lain adalah rivalnya pada Pilpres 2014 silam. Ada yang mengatakan ini adalah tanding ulang.
Intrik politik menjelang pendaftaran pada 10 Agustus lalu nyata sudah. Partai politik pun demikian. Dimana PKS, PAN, Demokrat, dan Gerindra memutuskan untuk mengusung Prabowo yang memilih Sandiaga Uno sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres).
Begitu pun dengan kubu petahana Jokowi yang memilih Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ma'ruf Amin yang diusung oleh PDIP, PKB, NasDem, Golkar, PPP, Hanura dan beberapa partai non parlemen. Tentu perjalanan politik bagi kedua belah pihak tidak mudah.
Sebab sebelum itu, kubu Prabowo dihantam dengan isu Jenderal Kardus yang dialamatkan kepada Prabowo dan Jederal Baper dialamatkan kepada Susilo Bambang Yudhotono. Sementara di kubu Jokowi muncul istilah Pemberi Harapan Palu (PHP) yang dialamatkan kepada Mahfud MD yang gagal mendampingi Pak Jokowi.
Para pendukung kedua kubu pun mulai tampak jelas. Baik itu yang berdiri di belakang Pak Jokowi maupun Pak Prabowo. Untuk memastikan itu, bisa dilihat dari media sosial mereka. Kupikir itu adalah salah satu cara paling mudah untuk mendeteksi kubu-kubuan yang ada jelang Pilpres ini.
Kupikir itu normal-normal saja. Akan tetapi, ada yang tidak biasa dan aneh bagi saya dalam beberapa akhir ini. Terutama setelah ada muncul nama Capres dan Cawapres. Dimana para pendukung mengaku paling benar, paling keren, paling bersih, paling bekerja, paling paling paling dan paling lagi yang lainnya.
Terus terang saja, saya ingin tertawa terbahak ketika mendapati hal ini baik ketika diskusi bersama pendukung Pak Jokowi maupun Pak Prabowo maupun ketika ini diungkapkan dalam media sosial. Kenapa saya tertawa? Yah karena seperti dukungannya itulah manusia yang paling sempurna. Bahkan bisa jadi melebihi malaikat.
Ada yang mengatakan bahwa Pak Jokowi itu sudah bekerja. Iya-iyalah sudah bekerja. Karena kan Pak Jokowi itu Presiden yang telah dilantik 2014 lalu. Biar anak Taman Kanak-Kanak juga tahu itu. Andaikan pun bukan Pak Jokowi yang dilantik pada 2014, pasti juga bekerja. Seperti saya misalnya.
Katanya Pak Jokowi bangun tol, bangun bendungan, bangun ini bangun itu. Lucu benar ini bagi saya. Jika tidak melakukan itu, maka Pak Jokowi duduk saja di Istana Kepresidenan sana. Atau jalan keliling dunia saja bersama keluarga dengan menggunakan Pesawat Kepresidenan. Atau hal-hal yang menyenangkan saja. Jadi sudahlah.
Sementara pendukung Pak Prabowo mengatakan jika hanya mantan Danjen Kopasus itulah yang pantas menjadi Presiden. Helow, memangnya ini negara milik siapa? Prabowo atau seluruh rakyat Indonesia?. Bukankah dalam konstitusi jelas bahwa seluruh rakyat berhak dipilih dan dipilih menjadi pemimpin di negara ini.
Katanya hanya Pak Prabowo yang mampu membangkitkan Indonesia karena tegas, cerdas, berkapasitas, dan lain-lain. Kupikir itu masih fiksi sebab Pak Prabowo belum terbukti kan karena belum pernah duduk sebagai posisi Presiden. Kalau pada posisi yang lain mungkin iya, tapi apakah iya mampu ketika sebagai Presiden.