Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel terus memberikan eksistensi politik yang kental. Bahkan, tak jarang saya mendengar kontestasi pesta demokrasi lima tahun terakbar di Sulsel itu disejajarkan dengan kontestasi serupa dengan yang sebelumnya terjadi di Ibu Kota Jakarta.
Saya kira cocologi-cocologi adalah hal yang wajar saja. Sebab dalam politik semua orang punya hak untuk menafsirkan sikap dan tindakan politik. Namun begitu, ketika ditarik hubungannya, mungkin saja ada. Sebab tentu Pilgub akan ada kaitannya dengan gerakan politik menuju 2019 mendatang.
Apalagi memang selama ini diwacanakan, jika Pilgub Sulsel sedang dimainkan oleh elit politik pemerintah dalam naungan istana dan elit politik luar pemerintah dalam hal ini adalah kelompok oposisi. Dan saya kira bukan cuma sekali, tapi berkali-kali saya mendengar hal ini pun dari berbagai sumber.
Namun begitu, dengan menyatunya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan Partai Gerindra di Pilgub Sulsel untuk mengusung satu pasangan calon yang sama yakni Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman Sulaiman membuat isu liar mengenai pertarungan pemerintah dan oposisi sedikit terurai.
Meski memang saat ini belum pasti, sebab bakal calon yang diusung kedua partai tersebut belum melakukan pendaftaran secara resmi pada Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sehingga semua masih bisa saja berubah, mengingat sejarah dalam politik Sulsel PDIP dan Gerindra selalu bersebrangan.
Yang menarik bagi saya adalah hampir dipastikannya duo Nurdin akan saling sikut di Pilgub Sulsel. Apalagi, secara kalkulasi politik untuk mendapatkan kesempatan mencicipi asam manis Pilgub Sulsel sudah berada ditangan. Dimana Nurdin Abdullah hampir pasti mendapatkan usungan PDIP, PAN, Gerindra, dan PKS.
Disisi lain Nurdin Halid yang mengakui dirinya ingin pulang dan membangun kampung halamannya juga telah mendapatkan rekomendasi Partai Golkar, Partai NasDem, dan PKPI. Bahkan, Nurdin Halid pada dasarnya sudah bisa maju di Pilgub tanpa berkoalisi sebab kursi Partai Golkar sudah cukup untuk mengusung.
Hal lain yang akan membuat keduanya menarik untuk dicermati adalah pengklaiman keduanya sebagai pasangan usungan istana. Jauh hari sebelum Nurdin Abdullah memastikan diri untuk maju di Pilgub Sulsel, Nurdin Halid sudah mengumandangkan menjadi bagian dari istana dalam kontestasi Pilgub mendatang.
Hal itu dapat dilihat dari beberapa kesempatan, ketika Nurdin Halid melakukan kunjungan ke daerah. Tak cuma itu, dalam beberapa konferensi pers dengan media, Nurdin mengklaim mengusung program membangun kampung karena sejalan dengan nawa cita Presiden Joko Widodo yakni membangun Indonesia dari Pinggir.
Sedangkan Nurdin Abdullah, memang saat ini tidak pernah menyatakan diri sebagai bagian dari istana. Akan tetapi, gerakan-gerakan simbolis yang di lakukan oleh Bupati Bantaeng dua periode ini mengindikasikan bahwa dirinya bagian dari istana.
Bahkan, konon informasi yang beredar bahwa Nurdin Abdullah rela melepaskan tandem sebelumnya yakni Tanribali Lamo dengan menggantinya dengan Andi Sudirman Sulaiman karena desakan istana. Hal ini bisa saja ada benarnya, pun sebaliknya.