Bangsa ini hampir tiap tahunnya ngeri dengan kata September. Apalagi, ketika kata itu dibubuhi angka 30 didepannya. Semua orang, pasti akan merinding dan tidak ingin berkata sedikitpun. Wajar saja, karena berdasarkan bukti dan fakta yang ada 30 September telah dipilih sebagai sejarah kelam bagi bangsa ini.
Dari berbagai referesi, tanggal itu dimaknai sebagai tanggal lahirnya kekejaman komunis di Indonesia, meski berdasarkan referensi yang lain mengatakan bahwa hari itu bukanlah kekejaman pertama komunis di negara ini. Akan tetapi, 30 September ialah puncak kemarahan yang mengatasnamakan diri sebagai komunis.
Jangan baper, dan menduga-duga sebab ini hanya persepsi saya pribadi berdasarkan referensi yang pernah saya dapatkan. Anda semua tentu memiliki hal yang sama, dan wajar saja ketika berbeda pendapat dengan saya. Sebab kata Prof Salim Said, sejarah itu hanya bisa ditafsirkan.
Pada intinya, saya sebenarnya sangat minder dan takut membahas mengenai hal ini baik dalam tulisan maupun dalam sebuah forum diskusi. Kenapa? karena sejarah adalah sebuah proses yang telah berlangsung jauh hari sebelum hari ini. Yang tentu saja, butuh keahlian, ilmu yang memadai, referensi yang cukup, ketekunan, kesabaran, untuk mempelajarinya.
Herodotos yang merupakan sejarawan Yunani kuno pernah berkata "sejarah adalah sistem mempelajari kejadian awal dan terbentuk dalam kronologi yang terdiri dari bukti konkrit atau catatan-catatan". Olehnya itu, saya sangat yakin bahwa apa yang saya dapatkan mengenai kejadian 30 September masihlah kurang sehingga perlu belajar lagi.
Dan itulah yang sedang saya lakukan saat ini. Kalau pada akhirnya saya tidak dapat mempelajari sejarah kelam seperti 30 September, dan sejarah heroik hingga bangsa ini merdeka maka minimal saya membuat sejarah saya sendiri dengan menuliskan apa yang saya tahu dan saya dapatkan.
Oh iya, salah satu alasan saya kenapa kembali tertarik menulis dan merangkai kalimat yang Anda baca ini adalah karena 30 September itu adalah sejarah dimana saya menangis pertama kalinya. Yah, tanggal 30 September hari ini adalah hari dimana saya dilahirkan pada sebuah kampung yang ada di Bumi Panrita Kitta, Sinjai.
Dengan demikian, berbicara mengenai 30 September pada sisi yang lain bagi diri saya, tidaklah begitu mengerikan. Saya semestinya merayakannya dengan pesta, mengundang sejumlah teman, memesan makanan dan menimuman, hingga pada prosesi tiup lilin dan pemotongan kue dengan iringan lagu dari Jamrud "selamat ulang tahun".
hahaha. Tentu itu adalah hal yang sangat menyenangkan jika saya mesti memikirkan 30 September yang ditakuti oleh semua orang di negeri ini. Akan tetapi, jujur saja saya tidak pernah berpesta ditanggal 30 September. Dan seingat saya, hanya beberapa orang yang pernah mengejutkan saya dalam perayaan 30 September ini. Dan semoga saja mereka masih mengingatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H