Lihat ke Halaman Asli

Entropi dan Kejahatan

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1311520122915059581

Semenjak setan dikeluarkan dari surga oleh Allah SWT, maka pada saat itu pula dimulai kejahatan. Mengapa demikian ? Karena saat itu  ada makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT membangkang dari perintahnya. Setan berdo'a kepada Tuhan pemilik alam semesta agar dipanjangkan umurnya hingga hari kiamat untuk menggoda anak cucu Adam. Tuhan mengabulkan do'a setan.

Korban pertama setan adalah hawa ( isteri Nabi Adam. as ). Lalu hawa mempengaruhi Nabi Adam untuk melanggar peraturan Allah SWT di surga. Nabi Adam dan Hawa pun dikeluarkan dari surga, akibat godaan setan.

Dari generasi ke generasi, kejahatan yang dilakukan anak cucu Adam meningkat sampai hari ini. Dapat kita saksikan di sekeliling masyarakat, seperti pembunuhan, pemerkosaan, korupsi, manipulasi dan kejahatan-kejahatan lain yang melanggar peraturan Allah SWT.

Lalu apa hubungannya antara entropi dan kejahatan seperti uraian di atas ! Tentu sangat erat hubungannya.  Ilmu Fisika menjelaskan bahwa " entropi adalah kekacauan " .  Sebagai ilustrasi, sebuah tumpukan buku yang tersusun rapi lalu kita robohkan tentu lebih sedikit energi yang kita keluarkan dibanding energi untuk menyusunnya rapi seperti semula.

[caption id="attachment_121323" align="aligncenter" width="300" caption="Gbr. Tumpukan buku yang tersusun Rapi "][/caption]

Begitu pula jika seseorang dengan mudah dan dalam waktu yang singkat berbuat kejahatan. Namun jika dia bertobat dan ingin kembali ke masyarakat sangat susah dan butuh waktu yang lama. Karena masyarakat akan selalu mencurigainya sebagai orang jahat.

1311521157884805458

Oleh karena itu, jika ingin energi yang anda keluarkan sedikit , hindarilah berbuat dosa ( kejahatan ). Karena dosa adalah sifat dari setan. Semoga kita semua terhindar dari rayuan manis setan !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline