Bali dan Kondisi
Bali, memang sedang berusaha bangkit. Pandemi yang memberikan keterbatasan untuk travelling dan juga menutup perbatasan baik domestik maupun Internasional ini sukses bikin Bali betul betul berada di bawah air.
Ekonomi disini mencatat rekor buku terburuk sepanjang sejarah : Minus 12 persen.
Keramah tamahan "sedikit bergeser" karena dihimpit kebutuhan ekonomi. Bali, yang selama ini aman memang terlalu lama berada di satu zona nyaman bernama Pariwisata.
Para pelaku pariwisata tidak lagi sekedar memutar otak untuk strategi. Tak lagi memikirkan keuntungan, namun bagaimana caranya mengurangi kerugian per hari.
Tidak sedikit, yang terpaksa gulung tikar. Mengharapkan situasi yang masih belum menentu dari kebijakan Mancanegara.
Apakah Bali betul betul "mati" ?
Tidak juga sih. Justru disini mental dan strategi bertahan diuji. Pasar domestik, masih terbuka lebar kok. Apalagi "Mas Menteri" beserta dengan tim nya terjun langsung untuk bekerjasama dengan para pelaku Industri Pariwisata langsung dan Bali, dan mendengarkan.
Kebijakan demi kebijakan diuji. Yang justru salut disini lebih ke bagaimana solidaritas di Bali terjadi saat ini. Jangankan terhadap sesama Manusia. Bahkan pada hewan hewan terlantar pun, Bali, sangat istimewa disini.
Saling membantu, setiap hari, dalam pergerakan. Ini yang membuat kita secara positif meski berdarah darah, ikhlas untuk tetap berjalan.
Namun dibalik senyum ramah dan Bali yang sedang bangkit ini, ada sedikit cerita dan ( kalau bisa) teguran keras. Efek dari media sosial yang memang bermata dua.