" Bro, kamu muslim atau mukmin bukan sih? Kemaren waktu kasus Hebdo kamu marah marah. Nah ini giliran Imam Besar kita di lecehkan kamu diem aja. Gimana sih? "
Jawabannya sebenernya simple banget.
Ya bedakan Kasus Charlie Hebdo dengan Nikita Mirzani. Keduanya jelas beda kelas.
Yang pertama di kasus Hebdo , Perancis bukan hanya melakukan serangan diskriminatif sistematis terhadap Muslim di seluruh dunia dimana secara berulang kali ia dengan sengaja menggambarkan Rasulullah SAW dengan penghinaan.
Jelas hukumnya, menggambar Rasulullah SAW sedang melakukan kebaikan saja enggak boleh kok.
Apalagi ini dengan sengaja menggambarkan untuk tujuan penghinaan.
Dan itu juga terkait dengan penekanan mereka terhadap Muslim sebagai minoritas disana. Mereka yang bukan Muslim sekalipun di belahan Eropa sana, mengecam tindakan Perancis atas discriminations based on religions, ethnicity and gender ( penggunaan hijab di tempat umum yang dilarang; red)
Jadi kalo di Indonesia ada orang yang ngomong : " halah gitu aja kok marah" ya ia termasuk orang yang bodoh aslinya.
Yang kedua seorang Nikita Mirzani.
Haduh, ini pancingan jangan ditanggepin. Doi mancing, di tanggepin dengan bahasa kasar dari ( juga) seorang penghina Dzuriyah Rasulullah pecatan pesantren bernama Soni, belakangan ngaku jadi Ustadz Maheer Tulalit.
Kelas nya Abu Janda ini. 11-12 . Sama sama tukang Namima atau adu domba. Ngapain ente kepancing sama Nikita Mirzani dan setelah itu seorang tukang Namima sekelas dia?
Sialnya lagi, Ia kemudian menimpali akan menyerang Nikita dengan nurunin 600 sampai dengan 800 orang "Pembela " yang tidak terima seorang Dzuriyyah ( Keturunan ) Rasulullah SAW dihina. Padahal, orang yang sama yang konon mau membela ini sedang bermasalah dengan melakukan penghinaan terhadap Dzuriyyah Rasulullah SAW lainnya, seorang Habaib dari Pekalongan sana.