Tampaknya Tahta Agung Vatikan sedang kelewat puyeng. Setelah mencopot Duta Besar Vatikan untuk Republik Dominika , Uskup Agung Josef Welowoski di pertengahan September 2013 lalu karena kasus pencabulan terhadap anak dibawah umur atau lebih dikenal dengan pedofilia, tercatat sekitar 400 Pastor diberhentikan karena kasus yang sama. Memang 'sedikit' ada kemajuan di era Paus Fransiskus yang menggantikan Paus Benedictus XVI ini, karena untuk pertama kalinya sebuah dokumen tentang kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh para pastor ini dibawa ke ranah publik dalam dengar pendapat bersama dengan PBB. PBB geram terhadap Vatikan, saat laporan yang masuk dari Commite on The Rights of the Child ( CRC) menyebutkan tindakan pelecehan terhadap anak yang marak terjadi di tubuh Tahta Suci Vatikan ini. Bahwa Vatikan sendiri lebih mementingkan imej dan reputasi gereja ketimbang benar benar serius menangani kasus pelecehan seksual terhadap anak anak ini. Lebih jauh lagi, dalam dengar pendapat di Jenewa yang dilakukan pada 17 Januari 2014 yang lalu, para petinggi gereja ini mendapatkan cecaran pertanyaan yang kritis dari PBB mengenai mengapa Vatikan tidak 'serius' dalam menangani kasus ini dan bahkan mempertanyakan alasan menyembunyikan data yang sebenarnya mengenai kasus pelecehan yang terjadi.
Vatikan . sumber ; bbc.co.uk
Mengapa baru akhir akhir ini Vatikan akhirnya membuka diri terhadap kasus seputar skandal homoseksualitas, pedofilia dan yang lainnya yang kabarnya sudah berlangsung lama ini ? Tahun 2010 yang lalu, surat kepasturan ditulis oleh Paus Benedictus XVI yang berisi permintaan maaf terhadap para korban pedofilia setelah kasus tersebut mencuat dan menimpa pastur Katolik Irlandia. Setelah itu bertubi tubi pengakuan para korban pun menyusul. Dan pada akhirnya tetap menyesalkan Vatikan yang secara sistemik tetap berusaha menutupi kejadian yang ada dan bahkan hanya beberapa kasus saja yang 'bisa' dibawa ke jalur hukum. Tampaknya code of silence yang berlaku berhasil 'menyelamatkan' para predator seksual berjubah agama ini. Hukuman eks komunikasi atau sekedar pengucilan secara internal sampai para pelaku merasa bertobat mungkin dirasakan sudah cukup bagi para pelaku ini. Bukan jalur hukum yang berat apabila menyangkut kasus pelecehan seksual terhadap anak anak. Lantas bagaimana dengan para korban? Atau pencegahan supaya hal yang sama kelak tidak terjadi lagi kedepannya ? Hal itulah yang dipertanyakan PBB kepada Tahta Agung Vatikan : sampai dimanakah keseriusan Vatikan menyikapi kasus yang ada dan bahkan melakukan pencegahan kedepannya. Laporan yang disodorkan PBB menunjukkan bahwa Vatikan mengadopsi sebuah kebijakan yang memungkinkan ( dugaan; red ) para pastor untuk mencabuli dan bahkan memperkosa puluhan ribu anak anak. Imbauan PBB terhadap Vatikan pun mendapatkan reaksi balik yang cukup keras. Vatikan menilai PBB berusaha mencampuri ajaran Gereja Katolik ; tentang sebuah kebebasan beragama dan hak asasi manusia. Tampaknya kasus ini hanya seperti puncak dari gunung es yang tidak terlihat sepenuhnya. Sebuah praktek yang kemungkinan memang telah berlangsung cukup lama. Dan menurut juru bicara dari CRC, dibutuhkan lebih dari sekedar kata kata dari Vatikan untuk benar benar serius menanganinya. Agaknya anekdot tentang "the choir boys" atau para pemuda altar yang kemayu ini bukanlah sesuatu yang pantas menjadi sebuah gurauan. Mereka adalah anak anak korban para predator seksual dan harus secara serius dipertanyakan. Tak peduli apakah pelakunya seorang rohaniwan sekalipun. Lantas pertanyaan yang timbul, bagaimana dengan di Indonesia? http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/03/100320_pausmintamaaf.shtml http://www.jpnn.com/read/2014/01/18/211708/Vatikan-Berhentikan-Ratusan-Pastor-karena-Pelecehan-Anak- http://www.nytimes.com/2014/02/06/world/europe/un-panel-assails-vatican-over-sex-abuse-by-priests.html?_r=0 http://jaringnews.com/internasional/uni-eropa/55871/komite-ham-pbb-kecam-keras-kasus-pelecehan-seksual-vatikan http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2014/02/140205_pbb_vatikan_pencabulan_seks.shtml
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H