Setelah mampir ke lapak Pak Gustaaf Kusno yang menuliskan tentang sejarah dari kebiasaan lomba panjat pinang, kok malah jadi berpikir ya? Belum selesai berpikir, masuk lagi ke lapak Pak Bain Saptaman yang membahas tentang hal yang sama. Kebiasaan panjat pinang didaerah beliau, dan disertai komen komen yang datang dari rekan Kompasianer sendiri. Malah jadi miris. Tercerahkan dan bermanfaat sih, tapi malah jadi kesal membayangkannya. Pak Gustaaf menjelaskan, bahwa lomba panjat pinang itu asalnya dari negeri Belanda. Dibawa kesini saat masa penjajahan tempo doeloe dan dilombakan untuk menyambut Queen's Day atau hari ulang tahun Ratu Belanda. Di lapak sebelah, Pak Bain Saptaman pun menjelaskan bahwa lomba panjat pinang sendiri dulunya diselenggarakan untuk membuat para londo londo tertawa tawa. Tertawa karena 'inlander' atau pribumi ( dalam hal ini ya kita ini ) saling injak menginjak untuk memperebutkan hadiah yang di taruh ujung paling atas. Sedih rasanya membayangkan hal itu terjadi. Lomba makan krupuk juga diadopsi dari Belanda. Ini masih agak lumayan. Walaupun, di versi orisinil yang diiket kue. Versi lokal yang berkembang sampai sekarang adalah kerupuk. Murah, ringan dan memang susah untuk digigit apabila tidak memegangnya ( pengalaman pribadi berbicara). Jadi tambah emosi kalau inget kemerdekaan kita yang sudah diraih sejak 17 Agustus 1945 baru saja diakui oleh Belanda pada 2005 yang lalu. Tempo dulu, Belanda mengakui kedaulatan di Indonesia baru pada tanggal 27 Desember 1949. Itu versi resmi mereka yang berjalan sampai dengan 60 tahun ! Belum lagi dengan tambahan 'inside story' bahwa kita, Indonesia, telah secara rutin membayar 'upeti' ke mereka atas hak kemerdekaan kita yang baru berakhir tahun 2003 silam. Menjengkelkan. Sudah nama Indonesia pun kita 'diberi' oleh duo James R. Logan dan rekannya George SW Earl, ternyata kita pun masih dipermainkan dalam kemerdekaan, dan permainan permainan itu tadi. Jangan jangan, lomba tarik tambang pun ternyata niatnya juga sama? Supaya kita sebangsa terbiasa dengan saling tarik menarik dan menjatuhkan? Kerjasama sih iya, tapi kerjasama untuk menjatuhkan... Apa lagi ya? Lomba balap karung. Kenapa sih balapannya memakai karung? Ada hubungannya dengan sejarah tanam paksa, atau cultuur stelsel , jalan raya Anyer- Panarukan, atau jangan jangan saat kita diperbudak Jepang? Karung goni yang jadi keseharian rakyat Indonesia dan sempat menjadi pakaian untuk bangsa kita pada saat itu lagi lagi dibuat lucu lucuan ke bangsa kita. Balap Bakiak. Darimana lagi ya asalnya? Feeling saya kok dari Jepang. Mungkin ada yang bisa menambahkan disini. Lagi lagi, tujuan kerjasama dengan gaya gerak jalan satu dua - satu dua khas militer, tapi sekedar untuk lucu lucuan bangsa kita yang saat itu sudah sangat menderita. Dibalik semua sejarah kelam itu, ada perjuangan. Pengorbanan dan yang lain halnya. Jelas, jangan sekali sekali menganggap bahwa Indonesia itu belum Merdeka. Apabila kita menganggap seperti itu, seakan kita pun mengatakan bahwa yang dilakukan para pejuang dulu adalah sesuatu yang sia sia.
Note : "Benderaku " - Foto dokumen pribadi
Saya jadi agak males malesan kebawa pikiran untuk ikut ikut 'melestarikan' sesuatu kebiasaan yang sebetulnya awalnya adalah untuk sebuah penghinaan dan penyiksaan. Mudah mudahan sih masih ada lomba lain yang bisa dipetik sejarah dan manfaatnya dengan lebih baik. Apa karena ini ya, kita yang terbiasa dianggap sebagai bangsa yang kalah dan menghibur, sampai sekarang masih saja dibuat lucu lucuan oleh bangsa asing? Jangan sampai lah ! Mari Merdeka . Untuk link yang mencerahkan, apabila belum sempat baca, silahkan menuju ke tautan tautan dibawah ini : http://sejarah.kompasiana.com/2012/08/10/sejarah-panjat-pinang-hari-kemerdekaan/ http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/08/13/panjat-pinang-yang-kurindukan/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H