Menyedihkan.
Habib Bahar Bin Ali Bin Smith, pemimpin ormas Majelis Pembela Rasulullah yang baru saja ditangkap karena aksi sweepingnya yang anarkis di Cafe De Most di bilangan Bintaro, Jakarta menyimpan banyak pertanyaan.
Jelas, bahwa aksinya , apapun alasannya, memang meresahkan dan melanggar hukum. Habib Bahar yang berambut pirang ini ditangkap aparat Kepolisian beserta para simpatisan Ormas Majelis Pembela Rasulullah ( MPR) saat melakukan tindak pidana tersebut. Bahkan 2 dari para pelaku ternyata masih kanak kanak.
Yang menggelikan adalah tindakan menggeneralisir para Ulama yang sering di sebut dengan sebutan Habib. Sebuah 'gelar kehormatan' untuk para keturunan Rasulullah SAW dan utamanya sebutan Habib sendiri hanya banyak atau lazim dikenal di Indonesia saja. Hanya karena ulah beberapa orang yang memakai gelar Habib dan bertindak diluar aqidah, sebutan tersebut menjadi sangat tidak bermakna.
Memang benar, tidak semua "Habib" berkelakuan baik. Terlepas dari unsur keturunan, mereka pun juga manusia biasa. Namun tak sedikit juga dari mereka, apabila tidak bisa disebut banyak, yang berjasa atas penyebaran agama Islam di Indonesia sendiri. Banyak yang namanya tidak dikenal, karena mereka memang menutup diri untuk sebuah kemasyhuran. Tak kurang juga yang terkenal karena karomahnya.
Selama ini, masyarakat yang seakan mencibir, bahkan tak kadang menghujat merasa pengkultusan para Habib yang diluar kebiasaan inilah yang menjadi masalah. Islam tidak mengenal kasta, darah biru dan lain sebagainya. Dan itu memang benar adanya. Kadang, di masyarakat sendiri memang terlalu mengkultuskan. Sehingga hal yang demikian benar benar terjadi di tengah masyarakat.
Kadang, kecintaan dan kerinduan ummat muslim terhadap sosok Rasulullah SAW sendiri banyak dicurahkan kepada para keturunan Beliau. Dan apabila masih didalam batas kewajaran, maka hal itu sah sah saja.
Jangan berlebihan dan sebaliknya, tak perlu menghujat juga. Masih banyak jasa para ulama ulama besar terdahulu dan juga sekarang, dari para kaum Habaib ini sehingga kita bisa menikmati sebuah bentuk pembelajaran Islam yang cukup mendalam, bahkan sangat mendalam apabila memang kita berniat untuk mempelajarinya. Tergantung dari mana sikap mau dibawa.
Shollu Ala' Nabi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H