Lagi lagi, satu kebijakan pro investor dan pengusaha yang tidak matang dan terkesan banyak pesan sponsor akhirnya memberatkan negara.
Kebijakan Low Cost Green Car (LCGC) yang dulu sempat ramai diperbincangkan pro dan kontra-nya kini benar benar menjadi memberatkan negara. Mobil "murah" ( dalam tanda kutip) yang sejatinya tidak diperbolehkan memakai bahan bakar bersubsidi seperti premium memang pada akhirnya jadi omong kosong belaka. Mobil "kembar" seperti Toyota Agya, Daihatsu Ayla maupun varian Suzuki ala India Karimun Wagon R pun seringkali terlihat mengantri bersama dengan kendaraan lainnya di deretan pengisian bahan bakar premium.
Mobil "LCGC" Berlogo Daihatsu yang santai isi premium - sumber : oto-detik.com
Kesadaran dari para pembeli mobil 'murah' LCGC sendiri memang kurang. Mereka sebetulnya mengerti dan bahkan faham benar bahwa sejatinya 'haram' hukumnya bagi mobil yang sudah murah karena mendapatkan fasilitas dari pemerintah ini tak boleh mengisi BBM bersubsidi. Namun kenyataan yang ada demi alasan ekonomis, mereka pun tetap melakukannya.
Sayangnya, penjelasan 'nakal' para Sales dealership mobil mobil tersebut pun juga tidak membantu. Dari beberapa kali percakapan dengan mereka, walaupun secara ofisial mereka sepertinya mewanti wanti tentang harusnya menggunakan bahan bakar non subsidi seperti pertamax dengan penjelasan 'sedikit' njlimet' mengenai kompresi mesin dan lain hal, pada akhirnya demi mendongkrak penjualan mereka pun mengiyakan bahwa tidak apa apa menggunakan jenis premium, dengan catatan resiko tanggung penumpang.
Lebih lucu lagi adalah beberapa berita yang dirilis beberapa media mengenai 'klaim' beberapa ATPM ,salah satunya Daihatsu , bahwa mobil LCGC mereka sudah dirancang untuk menggunakan lubang pengisian bahan bakar khusus sehingga tidak bisa menggunakan BBM bersubsidi seperti Premium. Namun justru pada ilustrasi gambar diatas, justru Daihatsu Ayla-lah yang "tertangkap tangan" sedang melakukan pengisian bahan bakar premium. Jadi apalagi yang akan diperbincangkan?
Pada akhirnya, penjualan yang berbicara.
Menteri Keuangan Muhammad Chatib sudah mengajukan keberatan untuk peninjauan ulang kebijakan LCGC sendiri. Kekhawatiran tentang membengkaknya subsidi BBM terjawab sudah. Grafik 'derita' negara akibat subsidi BBM akibat salah peruntukan bagi mobil LCGC ini semakin terlihat sementara pemasukan pajak besar yang diincar dari banyaknya penjualan mobil pun pada akhirnya menjadi tidak sebanding.
Muhammad Chatib pun sudah mengajukan keberatan secara resmi kepada Menteri Perindustrian M.S Hidayat yang sedari awal memang terlihat dukungannya di proyek 'palsu' ala LCGC ini. M.S Hidayat melihat dari argumen kebijakan investasi. Dari kacamata awam bisa terjemahkan sebagai kebijakan pro sponsorship bagi para taipan industri mobil.
Mimpi tentang "mobil rakyat yang murah" dan (apabila bisa) merupakan produk sendiri malah disalah gunakan dengan memberikan fasilitas kepada para produsen mobil yang memang sedari awal terlihat peran mereka dalam mendorong kebijakan ini ke pemerintah.
Salah satu mobil "untuk rakyat kecil" yang sudah dimodifikasi, Honda Brio Satya. Keren sih tampilannya, tapi Rakyat Kecil yang mana yang kita bicarakan disini ? sumber : otomotifnet.com