Pandemi yang terjadi pada akhir tahun 2019 di China dan awal tahun 2020 di Indonesia telah menciptakan keresahan di masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah dengan segera menindaklanjuti kondisi ekstraordinary ini dengan berbagai kebijakan.
Salah satu kebijakan andalannya adalah pembatasan sosial di masyarakat. Hal ini ditujukan untuk menekan angka penyebaran virus sehingga pada gilirannya mengembalikan kondisi masyarakat sama seperti sedia kala.
Namun kebijakan ini bagai pedang bermata dua, dimana pada satu sisi mengurangi angka penyebaran virus dan angka kematian. Kemudian pada sisi yang lain kebijakan ini justru berdampak pada perekonomian secara keseluruhan.
Pembatasan sosial secara besar dan berkala menghalangi demand dan supply (pasar) untuk bertemu, sehingga produksi tidak terjual dan konsumsi tidak berjalan. Kebijakan kedua yang dikeluarkan kemudian adalah pemberian bantuan sosial kepada masyarakat, yang naasnya tidak tersalurkan dengan baik.
Jalan keluar terakhir adalah dengan berdiri di atas kaki sendiri yaitu dengan digitalisasi. Proses digitalisasi sebenarnya sudah berjalan sebelum adanya pandemi. Namun perlu ditekankan bahwa pandemi selama ini telah mengakselerasi proses digitalisasi dengan lebih cepat.
Kegiatan pemasaran secara digital merupakan alternatif bagi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menjalankan bisnisnya saat ini. Utamanya bagi UMKM yang baru merintis, digitalisasi pemasaran adalah hal yang wajib dilakukan mengingat keterbatasan aktivitas publik. Salah satu manfaat pemasaran secara digital bagi UMKM adalah agar mereka dapat mencapai konsumen meskipun tidak bertemu secara langsung.
Pandemi Covid-19 bukan menjadi halangan bagi UMKM Gomawo untuk berhenti menjalankan usahanya. Jika dilihat dari segi positif, pandemi justru menjadi tantangan sekaligus peluang untuk menyediakan layanan terbaik bagi konsumen.
Untuk memberdayakan UMKM yang kuat dan sustainable, saya merancang tiga fondasi yang harus dimiliki Gomawo sebagai penahan sekaligus pendorong usahanya.
Fondasi pertama terletak pada kegiatan produksinya yaitu terkait efisiensi produksi. Masalah yang dihadapi gomawo dalam melakukan produksi adalah biaya penyediaan bahan baku yang tidak murah dan menghabiskan waktu. Oleh karena itu, perlu adanya suplier baru yang dapat dijangkau dengan mudah tanpa perlu mengeluarkan biaya yang besar.