Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Untuk Best Friend-Ku

Diperbarui: 11 Desember 2019   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

arefrabieyan.com

Dia. Best Friend ku yang begitu keras diluar dan sangat lembut didalam, sosok yang selalu manis ketika tersenyum membuat orang yang melihatnya sulit untuk melupakannya. Matanya yang begitu indah dan selalu bersinar ketika ditatap.

Perempuan manis yang ku kenal
Kerasnya kehidupan ini tak akan membuatmu berhenti menyayanginya
Deburan ombak dengan jutaan ikan laut tak akan membuatmu berhenti memperjuangkannya
Lika liku  masalah tak membuatmu jera mendampinginya
Dinginnya kutub selatan takkan cukup membuatmu untuk menjauhinya 

Kau memang perempuan bodoh
Hanya untuk tujuan memperbaikinya menjadi lebih baik
Kau korbankan segala yang kau punya
Entah apa yang kau lihat dari dirinya sehingga kau rela berkorban demi dirinya

Rasanya pasir di lautan lebih sedikit dibanding banyaknya luka yang telah dia beri
Jangan lupakan garam yang dia tabur pada luka yang belum mengering
Jangan lupakan makian kasar bak pedang tajam yang tak hentinya mengoyakmu
Dan lagi, kau masih memilih menemani

Mungkin benar,
Cinta, dan sayang mengalahkan akal sehat
Dia memang bodoh menyianyiakanmu,
Tapi kau lebih bodoh dengan tetap mempertahankannya 

Dan untukmu lelaki batu bara,
Lelaki yang berotak dangkal
Lisanmu laksana ujung tombak yang kau balut dengan coklat hangat
Janji semanis madu yang hanyalah penawar semu
Pandainya kau bersilat lidah wahai lelaki batu bara yang 'katanya gagah berani'
Nyatanya kau hanya terus menebar duri 

Dan lagi, tak hentinya kau melemparkan tombakmu
Mengoyak hati selembut sutra
Merobek kain yang sudah menjadi perca
Melukai perih yang kian melebar

Barang kali kau lupa, akan ku ingatkan
Jangan lari untuk dikejar
Boleh jadi perempuan bodoh itu tersasat
Jangan pergi untuk dicari
Boleh jadi perempuan bodoh itu berhenti ditepi
Yang menginginkannya bukan hanya kau
Yang menyayanginya bukan hanya kau 

Dia bagaikan bunga matahari
Yang selalu mengikuti kemana arah mataharinya pergi
Walaupun dia tau, mataharinya tak peduli
Baginya, melihatmu bersinar terang sudah lebih dari cukup
Dia akan gugur saat kau tak hadir berhari-hari
Ceria kelopaknya akan terus menunggu
Tanpa kau tahu, dia akan layu setelahnya
Dia lebih berarti dari rentetan kesibukan mu

Jangan menganggapnya mudah
Dia bahkan lebih sulit dari soal Statistika yang menguras otak
Kata maafmu hanyalah formalitas
Lupakan dan teruslah bahagia best friend ku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline