Dia kuat bukan karena dia tidak takut, tetapi karena dia terus maju dengan kuat, meski ada ketakutan."
Atticus: The Dark Between Stars and The Truth About Magic (New York Times Best Sellers)
Aktifitas akademik belakangan ini saya lakukan dengan mempelajari sejarah kepemimpinan masa lalu. Saya begitu takjub dan berbangga diri sebab ternyata kita sebagai bangsa Indonesia memiliki latar belakang sejarah bangsa yang besar dan bahkan menjadi pemain kunci di wilayah kawasan Asia pada umumnya.
Maka saya terinspirasi untuk juga menulis dalam catatan-catatan saya di kompasiana terkait tokoh-tokoh masa lalu yang begitu luar biasa membanggakan. Maka catatan itu saya mulai dengan sebuah judul Ratu Shima: Singa Betina Yang Ditakuti dan Disayangi ini.
Ratu Shima (674-695 Masehi) merupakan perempuan tangguh dimasanya. Perempuan yang memimpin kerajaan Kalingga (Holing -- Keling) dikenal dunia karena ketegasannya dalam membuat keputusan-keputusan atas nama rakyat dan negaranya sehingga menempatkan Kerajaan Kalingga sebagai salah satu negara yang besar dan menjadi simpul kekuatan pasifik kala itu, bersama China dan India.
Dalam catatan Gunawan Sumodingrat, Shima atau Simo bermakna Singa yang identik dengan sebuah hewan yang berkelompok dan dipimpinn oleh induk betina, rasanya cocok jika disematkan pada Ratu Shima sebab beliau memang seorang perempuan pemimpin yang luar biasa dengan ketegasannya, meski tak jarang keputusannya begitu membuat gentar lawan dan kawannya, namun justru sangat dicintai seluruh rakyatnya ketika itu.
Beliau merupakan putri seorang pemuka agama Hindu-Syiwa yang lahir di Sumatera Selatan pada 611 masehi, pindah ke Jepara dan menikah dengan Kartikeyasingga Raja Kalingga dan naik tahta setelah suaminya meninggal pada 648 Masehi hingga wafat pada 674 Masehi.https://tirto.id/f7Di
Sebuah kisah yang menapaki puncak ketegasan dan keadilannya terjadi ketika suatu ketika Ta-Shih, seorang raja hendak menyerang Kerajaan Kalingga dan Ratu Shima yang masyhur karena keadilan dan ketegasannya namun menggagalkan rencananya karena ketakutan akan kuatnya peran kepemimpinan dan ketegasannya atas rakyat Kalingga. Ratu Shima membuat kebijakan dilarang keras mengambil apapun yang bukan milik mereka dan menghukum keras pelakunya.
Tanpa diketahui penduduk kalingga, Ta Shih meletakkan emas dalam jumlah besar di sebuah persimpangan jalan dekat alun-alun kerajaan kalingga. Berbulan-bulan tak ada yang berani menyentuh emas tersebut sampai akhirnya terjadi kesalahpahaman ketika Pangeran Narayana Putra Ratu Shima tanpa sengaja menyentuh kantung tersebut dengan kakinya. Meski puteranya, Ratu Shima tidak pandang bulu dan tetap menjatuhkan hukuman mati pada putra yang disayanginya.
Melihat keputusan Ratu Shima, seluruh pejabat istana, keluarga dan rakyat memohon padanya untuk meringankan hukumannya sehingga Ratu Shima mengabulkannya. Pangeran Narayana tidak dihukum mati, namun kakinya dipotong sebagai hukuman karena kakinya menyentuh barang yang bukan miliknya. Melihat kejadian tersebut, Ta-Shih menjadi gemetar dan ketakutan sehingga menggagalkan niatnya untuk menyerang Kerajaan Kalingga.