Lihat ke Halaman Asli

Irham Bashori Hasba

Sekilas Tentang Irham Bashori Hasba

Mbok Sangreh

Diperbarui: 8 Agustus 2017   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://chillinaris.blogspot.co.id

PEREMPUAN itu menggelar dagangannya di trotoar jalan menuju kampus. Pagi mulai pukul setengah tujuh, ia sudah menata kacang sangreh yang dibungkusi contong kertas, ditata di atas besek besar berbentuk mirip antena prabola. Sore pun penataan rutin yang serupa ia lakukan, namun bedanya ada sebuah lampu templok disisi kanan beseknya. Lampu itu ia nyalakan kalau matahari benar-benar sudah tenggelam dari kota. Si Mbok Sangreh -- demikian julukan mahasiswa yang menjadi pelanggannya -- tak pernah preidari pekerjaan menjual kacang sangrai yang digemari mahasiswa.

Pada suatu sore menjelang larut, si-mbok masih belum pulang. Ia masih menunggui kacang sangrehnya dengan terkantuk-kantuk. Rupanya hari itu lagi sial, barangnya masih sisa sekitar tiga kilo dan sebelas contong. Uang yang ia capai belum mencapai bondo, sedangkan minyak temploknya sudah mencapai separuh botol. Sekitar pukul sepuluh, ia harus cepat-cepat pulang sebelum lampu antiknya itu padam kehabisan minyak.

Perihal lampu itu, ia benar-benar mengundang geli setiap orang yang melihatnya. Hal itu bukan karena bentuknya yang lucu atau karena apinya begitu besar dan menimbulkan asap hitam mengepul, tapi templok yang dia pakai berada tepat dibawah lampu pijar seribu watt yang sangat terang dan lebih dari cukup untuk para pedagang yang berjualan dibawahnya. Apalagi hanya si mbok saja yang masih menggunakan templok itu.

Seorang mahasiswa langganan sangrehnya pernah bertanya: "Mbok, kok pakai lampu templok? Apa lampu diatas kurang terang?"

"He, he, he....kamu bagaimana sih maunya, mempersoalkan templokku? Kamu anggap Mbok suka lucu-lucuan tah?," ucap si mbok dengan santai tapi bernada serius, "Mau tau to Le? Mbok pakai lampu ini sudah belasan tahun sejak ada Pak Sangreh!"

"Ooo, nostalgia nich ye?," ledek mahasiswa itu disertai tawa lepas yang diikuti temannya, "Romantis juga mbok ini?"

Mbok Sangreh tertawa lepas juga, lalu berucap dengan sangat serius: "Ya pasti nosalia dong, la bapak nemeni mbok sampek tua, susah senang bersama dengan setia sampai Gusti memanggilnya dulu......"

"Nostalgia!" koreksi salah seorang mahasiswa.

"Eh, ya, ya....dan bagiku yang terpenting halal, nak!" timpal mbok sangreh mengalihkan pandangan pada temploknya.

"Lho, kalau tidak pakai templok apa bisa haram?" tanya mahasiswa itu merasa heran dengan ucapan si mbok.

"Kalau tidak haram, Mbok pun ragu-ragu, halal apa haram?" ucap si Mbok Sangreh seenaknya, "Coba, kamu dan kamu yang dibelakang itu, lihat lampu diatas. Terang, kan?......."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline